Pada umumnya, sudah berlaku di manapun berada bahwa setiap kedatangan seorang pemimpin negara mengunjungi rakyatnya yang sedang terkena musibah, akan disambut dengan antusias dan gembira. Kedatangan tersebut antara lain bertujuan untuk memberikan dukungan moril dan semangat kepada warga yang menderita. Dukungan moril perlu diberikan, selain sebagai bentuk hiburan, meneguhkan solidaritas, pun sebagai bentuk empati, merasakan apa yang sesungguhnya dirasakan oleh rakyatnya.
Dapat dipahami atas kunjungan pemimpin dimaksud, bahwa seorang kepala negara menunjukkan kepada mereka yang mengalami musibah tidak sendiri menghadapi musibah tersebut. Rakyat ini akan merasakan bahwa dalam keadaan yang demikian, negara benar-benar memberikan perhatian atas musibah yang dialami. Mereka juga merasa terhibur, menguatkan hati dan pikiran, akan kedatangan pemimpin tersebut. Negara berada di tengah-tengah mereka, akan melindungi dan menyelamatkan mereka.
Rakyat memang berharap akan adanya bantuan untuk meringankan beban penderitaan mereka. Pun terhadap masalah yang mereka hadapi, akan mendapatkan penanganan yang lebih baik dan segera pulih kembali sebagaimana sedia kala. Lebih dari itu, berdasarkan pantauan langsung di lapangan, kepala negara melihat sendiri peristiwa apa yang terjadi. Sehingga pada saatnya, ia bersama dengan jajaran pemerintahannya, dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menangani masalah yang terjadi, paling tidak untuk meminimalisir kejadian berikutnya agar tidak terjadi di masa depan.
Kedatangan seorang pemimpin negara mengunjungi rakyatnya, akan disambut dengan sukacita. Salah satu bentuk sambutan kesenangan itu yang paling mudah dilihat adalah ketika akan diajak bersalaman, maka akan rakyat akan senang. Bahkan minta foto bersama. Mengelu-elukannya, sembari melambaikan tangan dengan bendera kecil. Kedatangan pemimpin akan dilayani dengan baik dan terhormat. Biasanya pula pemerintah daerah setempat, akan memperlakukan pemimpin tersebut dengan sebaik-baiknya. Pasukan pengamanan pun akan terlihat lebih sigap, siap-siaga, menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Musibah kebakaran hutan dan semak yang terjadi di Australia sudah cukup lama, menimbulkan korban dan kerugian besar. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda akan berhenti. Upaya pemerintah dan relawan dalam memadamkan api sudah dilakukan dengan berbagi cara, terus menerus tiada henti. Atas musibah ini, sang pemimpin ingin mendatangi warganya yang sedang menderita.
Akan tetapi apa yang terjadi? Di Australia kemarin menunjukkan, kunjungan Perdana Menteri Australia Scott Morrison, ke lokasi musibah musibah kebakaran di Kota Cobargo, New South Wales, tidak mendapatkan sambutan sebagaimana mestinya. Terlihat ada beberapa warga yang menerima kedatangan tersebut. Namun demikian, terlihat pula adanya warga menolak menyalami sang pemimpin negara.
Bahkan diantara mereka, ada yang mengeluarkan kata-kata bernada protes langsung kepada Perdana Menteri. Dalam video yang ditayangkan media lokal diperlihatkan, seorang wanita tidak mau menyalaminya. Justru sang Perdana Menteri yang menarik tangan menggenggam perempuan tersebut lalu menyalaminya. Sementara si perempuan dengan mimik muka yang tidak senang, tetap mengeluarkan pernyataan protes langsung di hadapan Perdana Menteri.
Dalam tayangan berikutnya, diperlihatkan pula seorang bapak yang berpakaian pekerja yang baru selesai bertugas pun, tidak mau menyalami Perdana Menteri. Dia tetap dikursinya, sambil mengeluarkan kata-kata protes. Perdana Menteri terlihat tegar melihat sikap warganya. Tidak marah dan tidak merasa tidak dihargai sebagai seorang pemimpin. Perdana Menteri justru menyadari, dan menyatakan bahwa dapat memahami perasaan rakyatnya yang sedang menderita akibat musibah kebakaran tersebut.
Untuk mengikuti kejadian tersebut, dapat dilihat pada link berikut ini :
Hikmah dari kejadian ini memperlihatkan kepada kita beberapa hal. Antara lain bahwa, dalam alam demokrasi, seorang pemimpin memang harus segera tampil bersama rakyatnya terutama pada saat terjadi musibah, dengan tujuan yang sebenarnya, bukan ala kadarnya. Dalam keadaan darurat, pemimpin harus berusaha mendapatkan informasi langsung dari tangan pertama (the first-hand information), bukan dari orang lain. Seorang pemimpin memperlihatkan jiwa besarnya pada saat mendapatkan protes dari warganya. Protes dari seorang warga dipandang sebagai mewakili pandangan dari warga lainnya yang terkena musibah, yang tidak dapat dijangkau satu per satu oleh seorang pemimpin secara langsung.
Wollongong, Sabtu (4/1/2020)