26.2 C
Jakarta

Kehebohan Siswa SD Muhammadiyah 1 Solo dalam Belajar Praktik Ngrukti Jenazah

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM – Pemulasaraan jenazah merupakan rangkaian kegiatan mengurus jenazah mulai dari memandikan, mengafani, menyalati, hingga menguburkan jenazah. Pelatihan ini sangat penting dilaksanakan mengingat pemulasaran jenazah memiliki hukum fardhu kifayah bagi muslim.

“Artinya, hukum suatu perkara yang wajib dilakukan oleh sebagian orang. Jika tidak ada satu pun orang yang melaksanakannya, semua orang akan menanggung beban dosanya, tetapi jika sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur,” ujar Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko, Sabtu (17/2/2024).

Praktik langsung dalam merawat jenazah, apalagi cara mengafaninya, mungkin tidak terbiasa. Merawat jenazah inilah salah satu materi yang diberikan kepada siswa kelas VI ABCD SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo dalam acara bertajuk ‘Muhi Islamic Student Camp (MISC)’.

Ada siswa laki-laki yang justru tertawa dan tersenyum simpul ketika kegiatan itu dimulai. Maklum saja, saat itu, Aray, siswa kelas kelas VID dan Naura Maritza kelas VIB, yang masih hidup diperlakukan layaknya mayat. Belum lagi sesi acara yang ditempatkan pada sore hari, membuat banyak siswa yang deg-degan.

Ditelentangkan di atas lantai di depan peserta acara malam bina dan takwa (Mabit), yang di bawahnya telah disiapkan kain kafan warna putih 3 rangkap. Sejurus kemudian, sang pembimbing Baruno Nasution dengan sigap memperlihatkan kepada siswa bagaimana cara mengafani mayat laki-laki. Mulai dari cara membungkus jenazah dengan kain kafan pertama, kedua, hingga ketiga

“Pembelajaran dalam materi ini tentu lebih mengena jika dilakukan dengan metode praktik langsung. Para siswa langsung mempraktikkan bagaimana cara merawat jenazah, sementara yang dijadikan contoh jenazah adalah kawan mereka sendiri,” ujar Joko Santosa, bersama tim.

Sementara dalam sambutan penutupan, kepala sekolah SD Muhammadiyah 1 Solo Sri Sayekti MPd, menyebut MISC ini sebagai upaya melahirkan generasi yang tertib ibadahnya terutama salat, tertib belajarnya, dan tertib organisasinya.

“Artinya kalian harus menjadi generasi Islam yang berkemajuan dan kaffah, intelektual yang qurani, dan pejuang yang tertata rapi dalam barisan yang terorganisir. Terima kasih seluruh panitia dan tim ngrukti jenazah Joko Santoso, Ishayati, Rusmawardah, Baruno Nasution dan Dyah Elina Indriyani,” tegas kepala sekolah penggerak itu. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!