27.3 C
Jakarta

Kehidupan Akhirat Lebih Baik

Baca Juga:

‎“Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.” ‎‎(Q.S. Al-Dhuha: 4)‎

Dalam Tafsir al-Wajiz, Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa ‎makna ayat di atas adalah: Sesungguhnya kehidupan akhirat yang ‎kekal dan abadi beserta segala isinya berupa surga dan kemuliaan itu ‎lebih utama dari kehidupan dunia yang fana ini.‎

Banyak di antara kita, bahkan mungkin diri kita sendiri yang ‎lebih fokus untuk memenuhi segala kebutuhan hidup di dunia ini, ‎tetapi seringkali lupa untuk mempersiapkan bekal hidup di akhirat ‎nanti.‎

Betapa banyak orang yang berlomba-lomba untuk dapat hidup ‎sukses di dunia, tetapi sangat sedikit yang bersusah payah untuk ‎dapat hidup sukses di akhirat. Jika untuk kehidupan dunia, manusia ‎umumnya tak kenal lelah, tetapi untuk kehidupan akhirat begitu berat ‎kaki melangkah untuk ibadah. ‎

Suatu ketika Rasulullah SAW pernah mengingatkan, “Akan ‎datang pada umatku suatu masa dimana mereka mencintai lima ‎perkara dan melupakan lima perkara pula. Mereka mencintai dunia dan ‎melupakan akhirat. Mereka mencintai kehidupan dan melupakan ‎kematian. Mereka mencitai gedung-gedung dan melupakan kubur. ‎Mereka mencintai harta benda dan melupakan hisab (perhitungan amal ‎di akhirat). Mereka mencintai makhluk dan melupakan penciptanya ‎‎(Khaliq) ”.‎

Sungguh tepat prediksi Rasulullah SAW tersebut. Di zaman ‎modern sekarang ini sangat mudah kita jumpai manusia-manusia ‎seperti yang digambarkan Rasulullah SAW tersebut. Bahkan mungkin, ‎sosok yang digambarkan Rasulullah SAW itu adalah diri kita sendiri. ‎

Ya, disadari atau tidak, sebagian besar dari kita sangat ‎mencintai dunia dan sering melupakan akhirat. Kita lebih mencintai ‎kehidupan dan melupakan kematian. Kita berbangga diri dengan ‎kemewahan rumah yang kita miliki, sementara kita lupa bahwa kelak ‎kita akan mati dan berada di dalam kubur, rumah masa depan kita. ‎

Kita tumpuk pundi-pundi kekayaan sebanyak-banyaknya, tetapi ‎kita lupa bahwa kelak di akhirat akan ada yaum al-hisab (hari ‎perhitungan), dimana seluruh harta yang kita miliki akan dimintai ‎pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Kita akan ditanya darimana ‎semua harta yang kita milki berasal, dan untuk apa harta tersebut ‎dibelanjakan? ‎

Kita juga lebih mencintai makhluk daripada Khalik. Kita ‎tumpahkan rasa cinta dan kasih sayang kita kepada keluarga kita, ‎anak-istri kita, tetapi kita lupa untuk mencintai Allah, Dzat yang telah ‎menghadirkan kita ke muka bumi ini, dan menghadirkan pasangan ‎serta keturunan bagi kita.‎

Jika kita sadari betapa kehidupan di dunia ini hanyalah ‎sementara, sedangkan kehidupan di akhirat nanti adalah yang utama, ‎kekal abadi selamanya, maka kesempatan hidup di dunia ini akan kita ‎manfaatkan sebaik-baiknya untuk mencari bekal kehidupan di akhirat ‎kelak. Kita jadikan dunia ini adalah ladang untuk menanam amal saleh, ‎sehingga pada saat kita berjumpa dengan Allah nanti, kita akan merasa ‎bahagia karena kita telah berusaha untuk melakukan yang terbaik ‎semasa hidup di dunia. Insya Allah, kehidupan akhirat yang akan kita ‎jalani penuh dengan tawa canda bahagia.‎

Sebaliknya, jika kita menganggap bahwa kehidupan di dunia ini ‎adalah segala-galanya, sehingga kita tidak peduli dengan kehidupan di ‎akhirat nanti, maka kesempatan hidup di dunia ini akan kita habiskan ‎untuk mencari kesenangan, memenuhi segala keinginan serta ‎memperturutkan hawa nafsu kita. Kita tidak pernah menyiapkan bekal ‎apa pun untuk kehidupan akhirat kelak. ‎

Pada gilirannya, ketika kita berjumpa dengan Allah nanti, kita ‎akan menyesali segala perbuatan kita. Dan penyesalan di akhirat ‎tiadalah gunanya. Kehidupan selanjutnya yang akan kita jalani di ‎akhirat akan dipenuhi dengan kesedihan, kepedihan dan penderitaan. ‎Naudzu billah tsumma na’udzubillah min dzalika.‎

Ruang Inspirasi, Sabtu (29 Februari 2020.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!