YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Kelompok 10 mahasiswa peserta Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Menengah Tingkat Nasional Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) menggelar workshop penanganan sampah. Topik ini diangkat karena permasalahan sampah semakin komplek akibat lahan yang semakin sempit dan banyak warga menolak keberadaan tempat pembuangan sampah.
Azmia Aulia Rahmi dari Universitas Muhammadiyah Cirebon, Ketua Kelompok 10 mengatakan workshop ini diberi nama Pepasa (Pemuda Aktif Peduli Lingkungan). Tema yang diangkat ‘Peduli Sampah, Peduli Indonesia, Peduli Masa Depan.’
Dijelaskan Azmia, Kelompok 10 merupakan kolaborasi dari delapan organisasi mahasiswa (Ormawa) PTMA yaitu Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Muhammadiyah Cirebon, Universitas Muhammadiyah Jambi, Universitas Muhammadiyah Kendari, Universitas Muhammadiyah Luwuk, Universitas Muhammadiyah Mataram, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Selain delapan PTMA mitra, kata Azmia, workshop juga diikuti perguruan tinggi lain. Di antaranya, Politeknik STIA LAN Bandung, STKIP Melawi, Undip Semarang, Universitas Halu Oleo, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Panti Asuhan Alhaqqu Sinarmelati42, UMY, Universitas Muhammadiyah Tangerang, Universitas Muhammadiyah Palu, dan Universitas Muhammadiyah Prof Hamka.
Lebih lanjut Azmia mengatakan kegiatan berupa open volunteer, hari kampanye, aksi, dan sharing session. Volunteer Pepasa berjumlah 72 orang dengan peserta aktif berjumlah 37 orang. “Kampanye berlangsung selama tiga hari di media sosial utama instagram. Sedang sharing Session terlaksana dengan peserta yang hadir di zoom kurang lebih 50 peserta,” kata Azmia.
Dijelaskan Azmia, sampah merupakan ancaman terbesar bagi dunia dan perlu disikapi dengan serius. “Semoga kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini, tetapi juga diaplikasikan di kehidupan sehari-hari,” harap Azmia.
Workshop ini menampilkan pembicara Maryam Shad dan Salsabila Nurrela Rahmadhani yang keduanya dari UAD. Maryam Shad memaparkan terkait bahaya sampah anorganik, waktu penguraiannya, dan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah sampah tersebut.
Sedang Salsabila Nurrela Rahmadhani memaparkan materi terkait sampah organik. Salsa memaparkan dan menceritakan tentang pengalamannya ikut mengurangi sampah organik. “Penanganannya dimulai dari diri sendiri dan mengedukasi keluarga untuk mengurangi sampah organik, memilah, dan mengolah sampah organik menjadi komposter,” kata Salsa.
Pada sharing session, peserta bercerita mengenai pengalaman saat menjadi volunteer Pepasa. Salah satunya, Retno Kusuma dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Ia bercerita mengenai pengalaman mengolah sampah yaitu mengolah limbah sayur pasar menjadi tepung magot (pakan ikan). “Untuk membuat tepung magot sangat sederhana. Bahan yang dibutuhkan di antaranya, air bersih, air EM4, gula pasir, bekatul, dan penyedap rasa,” kata Retno.
Sementara Danang Sukantar MPd, Kepala Bidang Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan dan Prestasi Mahasiswa, Bimawa UAD mengatakan kegiatan ini merupakan langkah nyata dari Ormawa dalam menyikapi perkembangan zaman. Sampah merupakan ancaman kehidupan di masa datang, sehingga mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa wajib menyikapinya dengan arif.
Menurut Danang, masalah sampah makin kompleks, lahan mulai terbatas, masyarakat juga makin banyak yang menolak dengan memblokade jalan menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Selain polusi udara, air, maupun tanah, sampah juga menjadi sumber banyak penyakit.
“Masyarakat tidak boleh acuh dengan sampah. Mahasiswa mempunyai kewajiban untuk turut serta mencarikan solusinya. Workshop ini menjadi ajang berlatih bagi mahasiswa untuk mempertajam soft skills memecahkan masalah,” kata Danang.