JAKARTA, MENARA62.COM – Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Totok Suprayitno menegaskan penggantian Ujian Nasional menjadi asesmen dan survei karakter bukanlah uji coba. Sebab sudah sejak lama Kemendikbud memiliki embrio dari asesmen itu sendiri.
“Kami ada asesmen yang sudah dikembangkan lama, yakni asesmen kompetensi siswa Indonesia atau AKSI. jadi bukan uji coba, karena kalau uji coba itu sangat berbahaya bagi dunia pendidikan kita,” kata Totok pada temu media Selasa (17/12/2019).
AKSI ini lanjut Totok telah digunakan untuk memantau mutu pendidikan di daerah-daerah dan ditingkat nasional. Karena itu mengubah UN menjadi asesmen sebenarnya bukan sesuatu yang benar-benar baru. Polanya sudah lama terbentuk sehingga tinggal mengembangkan sesuai dengan konsep merdeka belajar.
Totok yakin bahwa asesmen dan survei karakter sesuai dengan gagasan merdeka belajar tidak keluar dari kaidah-kaidah pendidikan. Karena sesungguhnya pendidikan tidak sekedar menekankan pada konten tetapi juga membentuk cara berpikir peserta didik.
Sesuai dengan rencana, asesmen dan survei karakter akan dimulai pada 2021. Tahun ini menjadi tahun terakhir digelarnya ujian nasional di sekolah-sekolah.
Terkait waktu penyelenggaraan, sesuai dengan tujuan dari asesmen itu sendiri sebagai salah satu indikator pemetaan pembangunan pendidikan, maka pelaksanaan asesmen akan dilakukan pada kelas 4 untuk jenjang SD, kelas 8 untuk jenjang SMP dan kelas 11 untuk jenjang SMA/MA/SMK.
Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter tersebut lebih menekankan pada penilaian kemampuan literasi, numerasi dan karakter siswa.