33.3 C
Jakarta

Kemendikbud Perkenalkan Sastra Indonesia Ke Dunia Melalui Forum SAKAT

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya memperkenalkan Sastra Indonesia ke dunia, salah satunya melalui penyelenggaran Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) yang tahun ini diselenggarakan di Indonesia. SAKAT yang berlangsung tanggal 11 – 12 September 2017.

“Kami menyambut gembira kehadiran para Ketua Perutusan beserta anggota perutusan dari negara anggota Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera),” dKepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, yang juga sebagai Ketua Mastera Indonesia, Dadang Sunendar, kepada para peserta SAKAT, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Senin (11/9).

SAKAT diselenggarakan oleh negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand yang tergabung dalam Mastera. Majelis Kesusastraan ini dideklarasikan pada tahun 1995 di Bukittinggi, Sumatera Barat, dengan tujuan untuk menduniakan sastra Indonesia/Melayu.

Keanggotaan Mastera diwakili oleh lembaga-lembaga kebahasaan di setiap negara. Mastera Indonesia direpresentasikan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud.

Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand, kata Dadang, memiliki banyak kesamaan dalam hal bahasa dan sastra. Namun, ujarnya, karena masing-masing negara menjalani sejarah yang berbeda, maka negara tersebut juga memiliki keragaman yang tidak selalu sama antara yang satu dengan lainnya.

“Negara-negara tersebut sudah bekerja sama dalam mengembangkan kesusastraan di negeri serumpun, dan telah menumbuhkan pemahaman yang sama terhadap perkembangan dan pertumbuhan kesusastraan di negara masing-masing,” jelas Dadang.

Dengan demikian, tutur Dadang, pemahaman lintas budaya yang terjadi akan semakin kuat, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan keharmonisan di antara bangsa serumpun, khususnya bangsa-bangsa yang berada di kawasan Asia Tenggara.

“SAKAT mempunyai arti penting, karena di dalam seminar ini dipaparkan berbagai pemahaman lintas budaya yang semakin kuat sekaligus mengukuhkan teori dan kritik sastra loka atau sastra tempatan yang kita miliki sebagai negara serumpun,” jelasnya.

Penyelenggaraan SAKAT tahun ini mengangkat tema “Teori dan Kritik Sastra Loka (Sastra Tempatan)”. Seminar ini membahas berbagai topik, yakni estetika, teori, dan kritik sastra dalam karya-karya sastra di Asia Tenggara. Pemakalah dari Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, Cina, dan Brazil akan membahas, antara lain, tentang teori nilai sastra dari Sutan Takdir Alisyahbana, sastra profetik dan sastra berasaskan Islam, estetika paradoks Jakob Sumardjo, teori SUKUT, serta estetika dan nilai lokalitas dalam sastra dunia secara umum.

Para pemakalah tersebut terdiri dari Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dari Indonesia, Fan Jing Hua dari Cina, Jamal T. Suryanata dari Indonesia, Prof. Dato’Seri Dr. Md. Salleh Yaapar dari Malaysia, Drs. Agus R. Sarjono, M.Hum dari ISTI Bandung Indonesia, dan Prof. Madya Ampuan Dr. Haji Brahim bin Ampuan Haji Tengah dari Brunei Darussalam.

Pemakalah selanjutnya adalah Dr. Ganjar Harimansyah dari MASTERA Indonesia, Gustavo Westmann dan Hugo Lorenzetti Neto dari Brazil, Dr. Danny Susanto dari Indonesia, Aguk Irawan dari Indonesia, Andy Fuller dari Australia, Dr. Sa’eda Buang dari Singapura, Prof. Madya Dr. Haji Hashim bin Haji Abdul Hamid dari Brunei Darussalam, Maman S. Mahayana, M.Hum dari Indonesia, Prof. Madya Dr. Hashim Ismail dari Malaysia, Dr. Tirto Suwondo, M.Hum dari Indonesia, dan Prof. Madya Dr. Awang Azman Awang Pawi dari Malaysia.

“Dengan diselenggarakannya SAKAT ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk diseminasi hasil pengembangan teori dan kritik sastra loka atau tempatan yang pernah ada tersebut. Selain itu juga, dapat menjadi wadah silaturahmi dan tukar pikiran tentang kemajuan pengkajian sastra terkini, baik di kawasan Asia Tenggara maupun di dunia secara umum,” harap Dadang.

Dalam pembukaan acara SAKAT Kemendikbud memberikan penghargaan kepada para pemenang Sastrawan muda Mastera, yakni Norman Erikson Pasaribu dari Indonesia, Hajah Nur Hamizah Binti Haji Samiho dari Brunei Darussalam, Nisa Haron dari Malaysia, dan Hassan Hasaaree dari Singapura. Indonesia tahun ini tidak hanya menjadi tuan rumah penyelenggaraan SAKAT ke-13, tetapi juga menjadi tuan rumah Sidang ke-23 Mastera yang akan dilaksanakan pada tanggal 13 – 14 September 2017.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!