JAKARTA, MENARA62.COM – Perubahan iklim telah menjadi ancaman serius bagi kesejahteraan anak-anak dan pemuda. Kelompok ini sangat rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim yang dapat merugikan kesehatan, pendidikan, gizi, dan kesejahteraan mereka.
Dalam upaya mengatasi tantangan ini, PREDIKT dan ChildFund Indonesia, bersama dengan beberapa mitra, telah melakukan penelitian yang berfokus pada pengembangan materi pendidikan melalui pendekatan gamifikasi (edugames). Edugames hasil penelitian ini didukung oleh Pemerintah Australia melalui Kolaborasi untuk Pengetahuan, Inovasi, dan Teknologi Australia dan Indonesia (KONEKSI) dan diimplementasikan oleh konsorsium ini, menyoroti pentingnya kolaborasi internasional dalam menangani tantangan global seperti perubahan iklim.
Program KONEKSI mempromosikan kemitraan penelitian yang setara dan memanfaatkan pengetahuan lokal untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi. Penelitian ini juga bertujuan untuk membantu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam menyediakan pendidikan terkait perubahan iklim dan ketangguhan bencana. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan bagi pengembangan kebijakan dan kurikulum pendidikan perubahan iklim.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Suharti selaku Ketua Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana, menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi internasional yang tidak hanya memperkaya metode pendidikan tetapi juga memberikan solusi konkret untuk meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap isu perubahan iklim.
“Edugames yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim,” katanya Kamis (8/8/2024).
Penelitian ini melibatkan kolaborasi multidisiplin dan multisektor dengan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Universitas Nusa Cendana (UNDANA), Charles Darwin University Australia, Harkaway Primary School Australia, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), dan Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB) Kemendikbudristek dan telah dimulai pada Juli 2023 serta akan selesai pada Agustus 2024.
Penelitian ini menggunakan pendekatan inklusif dengan melibatkan anak-anak dengan disabilitas, mengingat mereka merupakan kelompok yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Upaya kolaboratif yang diusung oleh konsorsium ini juga telah melibatkan lebih dari 500 anak-anak dan 200 orang dewasa, termasuk orang tua, guru, pejabat pemerintah, akademisi, dan personel LSM, di seluruh Indonesia dan Australia yang berpartisipasi aktif, menjadikannya sebagai riset berskala besar dengan cakupan yang luas.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana anak-anak dan remaja belajar tentang bencana dan perubahan iklim. Melalui pendekatan gamifikasi, materi pendidikan dikembangkan menggunakan media digital dan nondigital dalam bentuk papan permainan (board games) serta permainan digital yang telah dirancang agar mudah direplikasi di berbagai daerah. Edugames ini dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, komunikasi risiko, tanggung jawab pribadi dan sosial, serta kesadaran akan lingkungan sekitar dan kesetaraan gender. Edugames ini merupakan hasil kolaborasi unik yang melibatkan akademisi, pemerintah, sekolah, dan pihak swasta dalam berbagai kepakaran berbeda, seperti inklusivitas, aspek psikologi anak, serta tampilan desain visual yang sangat menarik.
Research Team Leader/CEO of PREDIKT, Avianto Amri menyatakan, proyek ini mewakili langkah maju yang signifikan dalam pendidikan perubahan iklim, menekankan inklusivitas dan tindakan praktis. “Kami bangga mempersembahkan alat yang tidak hanya mendidik tetapi juga memberdayakan anak-anak untuk menjadi agen perubahan,” katanya.
Prototipe edugames dikembangkan melalui proses Co-Creation partisipatif dan telah diuji beberapa kali oleh anak-anak di Jakarta, Kupang, dan Australia. Input dari siswa sekolah berkebutuhan khusus juga dikumpulkan untuk meningkatkan inklusivitas gim. Setelah beberapa kali pengujian, serta studi yang melibatkan keluarga, anak-anak, dan guru menjadi acuan untuk menentukan efektivitas gim dalam mendorong minat anak-anak untuk bertindak terhadap isu iklim. Mayoritas siswa yang berpartisipasi berpendapat jika gim ini menantang namun menarik. Meskipun kompleks pada awalnya, mereka secara bertahap memahami mekanismenya dan menunjukkan antusiasme untuk memainkan gim ini lagi.
Psikolog Anak, Undana, Indra Killing, juga menambahkan kolaborasi ini menyoroti pentingnya kemitraan multidisiplin dan lintas batas dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim.
Sementara itu, Claudia, salah satu anak dengan disabilitas netra dari kota Kupang, NTT, yang telah mencoba permainan papan ini juga menyatakan bermain permainan ini sangat menyenangkan. “Saya belajar banyak tentang bagaimana membantu lingkungan. Saya sangat antusias untuk membagikannya dengan teman-teman saya,” tegas Claudia.
Untuk mempresentasikan hasil penelitian ini, PREDIKT akan melangsungkan workshop dan pameran bertajuk GENERAKSI Edugames Journey Exhibition, yang menampilkan proses penelitian hingga menghasilkan edugame GENERAKSI. Pameran ini akan menampilkan keseluruhan proses mulai dari kegiatan workshop, pengambilan data, pengembangan gim, hingga pengujian di tiga lokasi: Kupang, Jakarta, dan Australia.