FLORES TIMUR, MENARA62.COM – Kolaborasi antara Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (KEMENDIKDASMEN) bersama Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) berhasil menghadirkan fasilitas sekolah darurat bagi anak-anak penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Di tengah keterbatasan pascabencana, ruang-ruang belajar darurat ini menjadi simbol kebangkitan harapan bagi anak-anak untuk kembali mengakses pendidikan.
Pembangunan sekolah darurat dilaksanakan sejak akhir Oktober hingga awal Desember 2025, menyasar tiga satuan pendidikan terdampak, yaitu SDK Kemiri dengan 7 ruang kelas, SD Inpres Nobo dengan 11 ruang kelas, serta SMP Negeri Satap Nobo dengan 8 ruang kelas. Ketiga sekolah tersebut kini telah mulai beroperasi dan kembali menjadi tempat berjalannya proses belajar mengajar bagi para siswa.
Pembangunan sekolah darurat ini dirancang oleh arsitek Yuar, dengan pelaksanaan lapangan dikoordinatori langsung oleh MDMC Flores Timur melalui tim yang dipimpin oleh Darmawan sebagai koordinator dan Field Manager dari MDMC Flores Timur. Seluruh proses pembangunan dilakukan melalui pendekatan cepat, aman, serta mempertimbangkan aspek keberlanjutan.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi terhadap ancaman erupsi, khususnya hujan abu vulkanik, bangunan sekolah darurat ini didesain lebih tangguh dengan menggunakan material atap berbahan UPVC serta dinding dari papan serat semen. Meskipun berstatus sebagai sekolah darurat, bangunan ini diharapkan mampu bertahan hingga pembangunan sekolah permanen kembali direalisasikan.
Kehadiran sekolah darurat ini tidak hanya menjadi pemenuhan fasilitas pendidikan, tetapi juga bagian dari proses pemulihan psikososial anak-anak penyintas erupsi. Dengan kembali berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, anak-anak diharapkan dapat memperoleh kembali rasa aman, semangat belajar, serta harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Melalui kolaborasi antara KEMENDIKDASMEN dan MDMC ini, Muhammadiyah menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan layanan kemanusiaan berbasis pemenuhan hak dasar, termasuk hak anak atas pendidikan, bahkan di tengah situasi darurat bencana.(*)

