25.2 C
Jakarta

Kemendiktisaintek dan Kemenkes Sepakat Tangani Kekurangan Dokter di Daerah 3T dengan Program P3D

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Sebaran dokter di pelbagai wilayah di tanah air masih tergolong tidak merata. Terutama pada daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) yang jauh dari rasio 1:1000 yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Saat ini, secara keseluruhan, rasio dokter dan jumlah penduduk Indonesia berada di angka 0,47 dengan peringkat 147 di dunia dan peringkat sembilan di ASEAN.

Wamen Fauzan menyampaikan, pemerintah pusat harus bekerja sama dengan pemerintah daerah, dan segera menyiapkan pendekatan yang solutif untuk mengatasi masalah kesediaan tenaga kesehatan di daerah 3T. “Seandainya terjadi kekurangan dan kita tidak melakukan treatment apapun, penyelesaian akan menjadi sulit. Tenaga medis organik di daerah tersebut tetap akan kurang,” kata Wamen Fauzan.

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dan Kementerian Kesehatan (Kemkes) memulai langkah pertama dalam perencanaan program persiapan pendidikan dokter (P3D). Ini merupakan titik jungkit (milestone) yang sudah ditunggu untuk menyelesaikan ragam masalah kesehatan masyarakat, terutama ketersediaan dokter untuk daerah 3T.

Untuk mengawali titik jungkit tersebut Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan menemui Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono di Kementerian Kesehatan, pada hari Jumat (7/3) di Jakarta.

Dalam kesempatan ini, kedua pihak kementerian mendiskusikan mengenai masalah yang tengah hadir di bidang kesehatan. Salah satunya adalah kekurangan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia. Seperti yang sudah diketahui bersama, Kemkes mengalami kekosongan sumber daya manusia kesehatan prioritas sebanyak 26.433 posisi.

Isu-isu ini diharapkan dapat terpecahkan melalui program P3D. Program ini ditujukan untuk lulusan SMA dari daerah 3T, yang selanjutnya akan mengabdi di daerahnya masing-masing. “Rekrutmen ini akan dilakukan setelah calon mahasiswa memenuhi kualifikasi yang sesuai, dari daerahnya sendiri, supaya tenaga medisnya nanti bersifat organik,” ujar Fauzan.

Sementara itu, Wamenkes Dante mengapresiasi usulan program ini dengan sangat positif karena akan mempercepat upaya Kemkes dalam pemenuhan tenaga kesehatan, khususnya dokter di daerah 3T. Praktik baik program sejenis untuk guru diharapkan dapat menjadi pembelajaran untuk P3D ini.

“Ini merupakan ide yang sangat baik. Tentu, kami sangat senang bisa terakomodir,” kata Wamen Dante. Namun demikian, keamanan dan kesejahteraan calon dokter ini harus terjamin, sehingga diperlukan kontribusi dari Pemerintah Daerah.

Pihak Kemdiktisaintek dan Kemkes menyetujui bahwa perencanaan P3D perlu dikembangkan lebih jauh lagi, dan melibatkan Kemdagri dan BKN yang nantinya akan terlibat dalam pendayagunaan lulusan di daerah 3T tersebut. Selain itu, koordinasi dengan perguruan tinggi dan wahana pendidikan yang akan terlibat dalam program ini juga harus mulai dilakukan sejak awal.

Wamen Fauzan dan Wamen Dante sepakat bahwa kolaborasi antara Kemdiktisaintek dan Kemkes yang selama ini dipayungi oleh Komite Bersama Kemdiktisaintek dan Kemkes perlu diperkuat untuk memastikan program P3D dan program kolaborasi lainnya dapat berjalan lebih efektif. “Kita percepat pembaruan Keputuan Bersama Komite Bersama Kemdiktisaintek dan Kemkes untuk memperkuat sinergi antara sektor pendidikan tinggi dan pelayanan kesehatan”, ujar Wamen Fauzan.

Turut menghadiri acara tersebut antara lain Direktur Jenderal SDM Kesehatan, Yuli Farianti, Direktur Perencanaan SDM Kesehatan, Laode Musafin M., Direktur Penyediaan SDM Kesehatan, Anna Kurniati, Staf Ahli Mendiktisaintek bidang Regulasi, Nur Syarifah, Staf Khusus Mendiktisaintek, T. Basaruddin, dan Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Berry Juliandi.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!