JAKARTA, MENARA62.COM– Kasus flu burung H7N9 hingga kini belum ditemukan di Indonesia, baik pada unggas maupun manusia. Tetapi adanya jalur terbang burung liar dari China yang melintasi Indonesia, juga perdagangan unggas dari China ke Indonesia membawa risiko masuknya H7N9 ke Indonesia.
Karena itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap kemungkinan masuknya virus H7N9. Salah satunya adalah menyelenggarakan simulasi penanganan episenter pandemi influenza untuk menguji rencana kontijensi yang telah disusun.
“Simulasi wabah flu burung rencananya akan kami gelar di Tangerang pada 19-20 September 2017,” papar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waroruntu, Rabu (13/9).
Kegiatan simulasi dipusatkan dititik-titik Kota Tangerang Selatan meliputi Puskesmas Setu, Kawasan Puspitek, Pasar Modern BSD, Rumah Sakit Eka dan BATAN. Selain itu juga RSUD Kota Tangerang, Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Merak, Banten.
Pihak yang terlibat dalam simulasi wabah flu burung tersebut antara lain aparat kelurahan, kecamatan, kabupaten hingga propinsi. Lalu semua fasilitas layanan kesehatan termasuk faktor pendukung seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Kemenko PMK, TNI, Kemensos, Polri, Kemenko Polhukam, Kementerian Kominfo, Kemendagri dan lainnya. Sebanyak 500 observer dari seluruh Indonesia, organisasi internasional, perwakilan kedutaan besar dan sejumlah organisasi dibawah PBB akan terlibat dalam simulasi tersebut.
Wiendra mengatakan pemilihan Tangerang menjadi kota untuk simulasi wabah flu burung H7N9 berdasarkan beberapa pertimbangan. Diantaranya munculnya kasus flu burung H5N1 pertama kali pada 2005 ditemukan di Tangerang. Lalu Tangerang juga dekat dengan lalu lintas manusia antar negara, antar propinsi sehingga risiko penularan jelas lebih tinggi.
Dalam simulasi itu sendiri, akan menguji rencana kontijensi episenter pandemi dalam framework kebencanaan nasional, mulai dari Kejadian Luar Biasa (KLB), sinyal epidemiology, episenter pandemi, hingga episenter pandemi berakhir.
Flu burung itu sendiri merupakan jenis penyakit influenza. Penyakit ini menyerang saluran nafas dimana penularan virus bisa melalui udara baik pada saat orang bicara, batuk maupun bersin.
Influenza memiliki dua jenis, yakni influenza musiman seperti flu, dan influenza yang berpotensi menjadi pandemi seperti influenza Spanyol H1N1, Influenza Asia H2N2, Influenza Hongkong H3N2,dan lainnya.
Menurut Wiendra, flu burung telah menjadi perhatian dunia dan menimbulkan kekhawatiran global. Flu burung bersifat Highly Pathogenic Avian Influenza. Data menunjukkan angka kematian akibat influenza cukup tinggi. Secara global sampai dengan 15 Juni 2017 total kasus flu burung H5N1 pada manusia di 16 negara mencapai 859 kasus dengan 453 kematian (52 persen).
Sedangkan kasus flu burung H7N9 pada manusia di China sampai 25 Juli lalu mencapai 1.557 kasus dengan 603 kasus kematian. Dan sirkulasi virus flu burung hingga kini masih berlangsung.
“Selama sirkulasi virus masih berlangsung, maka terdapat risiko transmisi virus flu burung tersebut dari unggas ke manusia, menimbulkan risiko timbulnya pandemi influenza manusia tipe baru karena adanya reasortment maupun mutasi virus,” tutup Wiendra.