JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk meningkatkan angka deteksi dini kanker, terutama kanker payudara dan leher rahim, guna mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan angka kematian.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Mohamad Subuh pada jumpa pers Hari Kanker di Jakarta, mengatakan deteksi dini kanker akan ditingkatkan menjadi tiga sampai juta orang per tahun agar mencapai deteksi dini pada seluruh penduduk.
“Kalau setahun deteksi dini tiga juta orang, kita bisa kejar selama 10 tahun, bisa capai 37 juta orang lebih. Kalau empat juta per tahun, 2025 sudah bisa terkejar,” kata Subuh seperti dikutip dari Antara, Rabu (31/01).
Jumlah deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks pada 2016 dilakukan pada 1.925.943 orang atau 5,2 persen dari perempuan Indonesia. Pada 2017 meningkat menjadi 3.038.296 perempuan yang melakukan deteksi dini atau 8,1 persen.
Dari jumlah deteksi dini tersebut, sebanyak 3.000 perempuan dinyatakan positif mengidap kanker. Prevalensinya satu perempuan mengidap kanker per 1.000 deteksi dini yang dilakukan.
Subuh mengatakan angka deteksi dini kanker payudara dan serviks ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Terlebih jumlah tersebut tidak sama rata mencakup seluruh daerah.
Jika pemerintah melakukan upaya deteksi dini dengan akselerasi seperti saat ini, diperkirakan seluruh perempuan Indonesia tercakupi deteksi dini kanker pada tahun 2051.
Kanker masih menjadi salah satu penyakit tidak menular yang menjadi beban di Indonesia. Kasus kanker paling banyak ditemukan di Indonesia untuk laki-laki ialah kanker paru dan kanker kolon atau usus.
Sementara kanker yang paling banyak diidap oleh perempuan Indonesia ialah kanker payudara dan kanker serviks.
Data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, biaya pengobatan penyakit kanker selama satu tahun bisa mencapai Rp2 triliun.
Deteksi dini kanker sangat penting dilakukan untuk mengetahui penyakit kanker sedini mungkin, yaitu di stadium awal, agar bisa disembuhkan dan menekan angka kematian.
Selain itu pembiayaan pada stadium awal dan pencegahan lebih murah ketimbang biaya berobat di stadium lanjut.