31.7 C
Jakarta

Kemenkes Sebut Satu Persen Peserta Cek Kesehatan Gratis Terdeteksi Depresi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dilakukan Kementerian Kesehatan hingga 15 Agustus 2025, telah menjangkau sekitar 13 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 1 persen diantaranya menunjukkan gejala depresi dan 0,9 persen gejala kecemasan.

Jakarta menempati urutan tertinggi persentase kemungkinan gejala depresi dan kecemasan secara nasional, yakni 9,3 persen untuk depresi, dan 7,6 persen untuk kecemasan,” kata Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes Imran Pambudi dalam Workshop Upaya Pencegahan Bunuh Diri Melalui Pemberitaan Bertanggung Jawab di Media Massa dan Media Sosial yang digelar dalam rangka Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia tahun 2025, Rabu (10/9/2025).

Meski terdeteksi depresi, lanjut Imran, bukan berarti terdiagnosis. Karena untuk menentukan seseorang mengalami depresi atau tidak, perlu ditegakkan secara professional.

Penemuan fakta risiko depresi dan kecemasan dari hasil CKG ini kata Imran tidak boleh diabaikan. Mengingat orang dengan depresi dan cemas, berisiko tinggi melakukan tindak percobaan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri.

Data IHME Global Burden of Diseases, menunjukkan pada 2021 terdapat 746 ribu kasus bunuh diri secara global, sedangkan di Indonesia terdapat 4.570 kasus. Adapun kasus terbanyak pada 2024 ditemukan di Jawa Tengah, yakni sebanyak 478 kasus, disusul Jawa Timur dan Jawa Barat.

Ia mengingatkan bahwa kasus bunuh diri akan berdampak pada setidaknya 35 orang di sekitarnya. Mulai dari keluarga, masyarakat, juga teman-temannya termasuk yang menolong korban bunuh diri.

Oleh karena itu, penting dilakukan berbagai upaya untuk mencegah bunuh diri. Salah satunya adalah soal pemberitaan kasus bunuh diri di media yang disajikan dengan cara bertanggungjawab. Jangan sampai, apa yang ditulis di media, memberikan inspirasi bagi orang yang membacanya untuk mencontoh tindakan bunuh diri.

Menurutnya, media berperan penting dalam mengubah narasi agar stigma dan kesalahpahaman tentang masalah mental dan bunuh diri dapat berubah menjadi dukungan dan empati.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pers periode 2016-2019 Yosep “Stanley” Adi Prasetyo menyebutkan pemberitaan yang tidak bertanggung jawab terkait bunuh diri dapat berdampak pada keluarga korban, baik secara psikis maupun ekonomi. “Secara ekonomi, berita tentang lokasi yang dilakukan untuk bunuh diri, nilainya akan jatuh. Karena orang akan berpikir dua kali untuk membeli rumah atau lahan bekas bunuh diri,” tegasnya.

Selain itu, ujar Stanley, modus mengakhiri hidup yang diberitakan secara detail juga dapat menyebabkan orang lain meniru cara tersebut, atau yang disebut copycat suicide.

Jika wartawan memutuskan untuk memberitakan tentang bunuh diri, katanya, maka berita perlu diikuti dengan panduan agar audiens yang mengalami keputusasaan dan berniat bunuh diri dapat mengakses bantuan, seperti konseling.

Ia juga mengingatkan pentingnya media mengedukasi dan memberikan panduan kepada pembaca yang mengalami potensi kesehatan jiwa untuk segera mendapatkan pertolongan misalnya mencantumkan akses layanan kesehatan jiwa di 119 atau website https://www.healing119.id/. Meski sederhana, akses layanan kesehatan jiwa ini dapat membantu menyelamatkan mereka yang mengalami depresi dari tindakan bunuh diri.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!