JEDDAH, MENARA62.COM – Perjalanan panjang dan guncangan pada pesawat akibat perubahan cuaca menjadi faktor pemicu gangguan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia. Biasanya disebabkan karena belum terbiasa melakukan perjalanan jauh dengan pesawat terbang.
Meski demikian, jemaah haji Indonesia tidak perlu khawatir. Kementerian Kesehatan telah menyiapkan tim kesehatan mobile bandara (tim mobile) yang siap siaga 24 jam melayani jemaah haji Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan saat baru mendarat di Bandara Madinah atau Bandara Jeddah, Arab Saudi.
Seperti kejadian yang menimpa salah seorang jemaah kloter PLM 07, embarkasi Palembang asal Kabupaten Bangka pada Sabtu (13/7). Jemaah tersebut mengalami vomitus (mual muntah) saat menaiki bus yang akan mengantarnya ke hotel. Petugas haji bagian transportasi segera melaporkan kepada tim kesehatan mobile bandara untuk menangani jemaah tersebut. Sesaat kemudian, seorang dokter mendatangi bus jemaah sambil membawa emergency kit.
“Kasusnya saat di pesawat ada goncangan, mungkin juga dari kelelahan. Stressornya kelelahan. Ada suasana baru. Kemungkinan juga kurang asupan makan, sehingga terjadi vomitus,” ujar dr. Lucky Cahyono, M.Kes, anggota tim kesehatan mobile bandara dalam siaran persnya, Ahad (14/7)
Terhadap jemaah tersebut, tim kesehatan langsung berupaya menenangkan pasien. Karena disinyalir ada gangguan pencernaan, maka untuk menghilangkan rasa mual dan mencegah muntah, dokter memberikan obat anti muntah dan anti gastritis. Setelah mendapatkan pertolongan pertama tersebut, kondisi jemaah mulai membaik.
“Kondisi terakhir sudah tidak mual lagi. Kita sarankan istirahat, banyak minum. Semoga nanti malam dia istirahat, besok pagi sudah segar lagi,” kata Lucky.
Tim mobile siaga menyambut jemaah haji di empat terminal kedatangan yang ada di Bandara Madinah. Keberadaan tim ini untuk mendeteksi, mencegah dan memberikan respons ketika ada jemaah haji Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan di area bandara Arab Saudi. Saat jemaah datang, mereka akan mengamati mana jemaah yang sakit, lalu segera memberikan pertolongan jika terjadi sesuatu. Di samping itu juga membantu menyampaikan edukasi kesehatan.
Mengingat faktor penyebab penyakit dipengaruhi oleh kecukupan cairan tubuh, Kepala Pusat Kesehatan Haji, Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, memberi instruksi khusus kepada tim kesehatan yang ditempatkan di bandara.
“Saya meminta agar tim kesehatan bandara untuk memperhatikan kondisi hidrasi jemaah haji. Karena peristiwa terjadinya dehidrasi dimulai sejak dalam pesawat,” pesan Eka.
Kepala Seksi Kesehatan Daker Bandara, dr. Karmijono Pontjo, mengungkapkan bahwa kasus terbanyak yang dialami jemaah saat baru mendarat di bandara adalah mabuk perjalanan. Untuk kasus-kasus ringan, pelayanan dilakukan bersama Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menyertai jemaah dalam kloter. Untuk yang berat akan dilakukan tindakan dulu di klinik bandara atau langsung dirujuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah.
Sampai dengan hari ini (14/7) sudah ada 16 jemaah yang ditangan tim mobile. Lima di antaranya dirujuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah.
“Di depan pintu keluar biasanya dari petugas bandara itu kalau memang ada jemaah yang bermasalah [kesehatan]di sana, dokter klinik bandara itu membutuhkan pertolongan kami, kami akan dipanggil ke sana,” kata dr.Jono.
Tim mobile diperkuat 20 orang personil yang terdiri dari dokter, perawat dan tenaga farmasi serta didukung oleh 4 orang tenaga pendukung kesehatan. Mereka bekerja 24 jam dalam 3 shift. Mereka dipersenjatai dengan mobile kit yang berisi obat-obatan emergensi, infus dan peralatan kesehatan.