JAKARTA – Sebanyak 1.521 tenaga kesehatan akan diberangkatkan ke Tanah Suci untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap jamaah haji. Mereka terdiri atas tenaga dokter umum, spesialis jantung, spesial paru, spesialis jiwa, rehab medis, dan spesialis anastesi termasuk perawat.
“Mereka mulai diberangkatkan pada 9 Juli 2018 untuk mempersiapkan segala kebutuhan dan fasilitas kesehatan bagi jamaah haji baik di Madinah maupun Makkah,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusuf, Jumat (6/7).
Dengan demikian saat kedatangan kloter pertama jamaah yang mulai diberangkatkan 12 Juli, fasilitas layanan kesehatan sudah siap. Baik tenaga dokternya, perawat, obat-obatan hingga ambulance dan klinik.
Eka mengatakan tahun ini jumlah jamaah haji Indonesia tercatat 221.000 orang yang terbagi dalam 501 kloter. Jumlah tersebut sangat besar dan membutuhkan persiapan yang matang agar proses ibadah haji berjalan dengan lancar.
Terlebih, 70 persen jamaah haji Indonesia adalah orang dengan lanjut usia (lansia) dan masuk dalam kelompok berisiko tinggi (risti). Karenanya, mereka membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan mudah diakses.
Eka mengingatkan bahwa pada dasarnya ibadah haji adalah prosesi ibadah di Arafah. Itu sebabnya meski rangkaiannya sangat panjang dan waktu tinggal di Tanah Suci cukup lama, jamaah diingatkan agar menghemat tenaga dan terus menjaga kesehatan.
“Ini penting agar pada saat puncak ibadah haji di Arafah, jamaah bisa melaksanakan dengan baik,” tambahnya.
Tahun ini, tim kesehatan haji Indonesia menyiapkan 7 ton obat-obatan, 29 unit ambulance dan menyiapkan katering khusus untuk jamaah dengan jenis penyakit tertentu sejumlah 4.000 jamaah.