JAKARTA, MENARA62.COM – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dalam penanganan stunting di Indonesia adalah dengan melibatkan lembaga pendidikan tinggi, untuk menempatkan para mahasiswa melakukan aktualisasi keilmuannya di masyarakat. Oleh karena itu, tercetuslah Program Mahasiswa Peduli Stunting (Mahasiswa Penting).
“Pada prinsipnya, Mahasiswa Penting adalah kolaborasi antara program pendampingan kepada masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata Tematik yang telah secara reguler dilaksanakan, dengan Program Kampus Merdeka. Program Kampus Merdeka adalah kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang bertujuan untuk mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan untuk memasuki dunia kerja. Mahasiswa diberikan keleluasaan untuk mengikuti Program Kampus Merdeka sesuai dengan peminatan masing-masing. Lingkup kegiatan dalam Program Kampus Merdeka sangat relevan untuk dapat diterapkan dan diintegrasikan dengan program penurunan stunting, seperti diantaranya adalah kegiatan magang, membangun desa, studi independen, kewirausahaan, dll,” terang Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo pada acara Peluncuran Program Mahasiswa Peduli Stunting yang diselenggarakan secara virtual dan secara luring di Ruang Ibrahim, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, DIY pekan lalu.
Deputi III Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto menambahkan, upaya perbaikan stunting, baik dari segi edukasi, praktek dan upaya nyata berkolaborasi dengan semua pihak tidak hanya pemerintah pusat dan daerah, tapi juga dengan mitra-mitra yang berada disetiap daerah dapat diimplementasikan tepat pada sasaran sesuai kelompok-kelompok resiko stunting.
“Saya kira masalah stunting bukan ilmunya orang kesehatan saja, tetapi ilmunya semua orang dan ilmunya semua background pendidikan,” tambah Agus.
Pada kesempatan yang sama Rektor Universitas Muhammadiyah Gunawan Budiyanto, juga menyatakan dukungannya, perbaikan generasi kualitas generasi mendatang itu bukan tanggung jawab pemerintah saja, tapi tanggung jawab semua tipe elemen bangsa ini.
“Mahasiswa 25 tahun 30 tahun lagi adalah yang menentukan arah kemana Indonesia yang akan dikembangkan akan di hidup suburkan akan dilestarikan untuk generasi-generasi berikutnya makanya penting ini juga menjadi bagian dari masa depan kita semoga apa yang sudah di launching bisa kita follow up terutama untuk bagaimana kita ikut serta menjadi bagian dari beda bangsa yang menjadi kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucap Gunawan.
Dokter Hasto menerangkan, sekarang ini kita memasuki era bonus demografi dependency ratio data yang ada dari BPS tahun 2020 sensus penduduk tahun 2020 angkanya menunjukkan 44 artinya setiap 100 orang yang produktif cukup bertanggungjawab 44 yang tidak produktif. Beberapa provinsi sudah hampir menutup bonus demografi yaitu Yogyakarta, Bali dan DKI Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara.
“Anak stunting lebih bisa dicegah sebenarnya dan sangat mudah, namun banyak kesalahan ketika mau nikah orang itu mementingkan prewedding habis berapa puluh juta tetapi prakonsepsi ketemunya telur sperma tidak disiapkan sama sekali padahal murah sekali paling-paling butuh Rp20.000 bahkan untung karena salah satu persiapannya kalau suaminya merokok, ya stop lah rokoknya itu karena sperma itu dibuat 75 hari sebelumnya kalau merokoknya banyak ya dikurangi malah menghemat pengeluaran betapa laki-laki itu tidak paham bahwa spermanya itu terdepresi oleh nikotin,” ungkap dr. Hasto.