JAKARTA, MENARA62.COM — Perkembangan teknologi blockchain saat ini merupakan salah satu yang perlu diantisipasi oleh masyarakat dan para pelaku bisnis.
Setelah diramaikan oleh Decentralized Finance (DeFi) pada akhir tahun 2020, kini salah satu pengembangan blockchain yang sedang ramai diperbincangkan adalah Non-Fungible Token atau biasa disingkat NFT.
NFT sebenarnya mulai hadir sejak tahun 2014, namun semakin disorot sejak salah satu digital artist bernama Mike Winklemann atau lebih dikenal dengan Beeple menjual karya NFT “Everyday: The First 5000 Days” dengan rekor penjualan termahal di Christie dengan nilai $69.3 juta pada Maret lalu.
Tokocrypto sebagai salah satu pedagang aset kripto no 1 di Indonesia, melaksanakan sebuah survei online beberapa waktu lalu kepada komunitas terkait pendapat dan pemahaman mereka akan tren NFT. Dari survei yang dilaksanakan pada 5 – 8 Juli 2021 lalu pada 400 responden, sebanyak 67,9% responden memahami NFT sebagai karya seni digital, sementara 23,8% responden menjawab token digital, sementara sisanya menjawab NFT sebagai platform seni atau lainnya.
Untuk memperkuat survei tersebut, Tokocrypto mewawancarai Pandu Sastrowardoyo selaku CEO DeBio Network, NFT Curator Unique One Network, dan Co-Founder Asosiasi Blockchain Indonesia. “Sederhananya, NFT dapat diartikan sebagai sertifikat kepemilikan dari sebuah aset digital. Sementara aset digital yang dimaksud bisa sangat beragam seperti foto, video, musik, gif, png, dan lainnya,” jelas Pandu dalam keterangannya di Jakarta (4/8/2021).
Pandu pun mengungkapkan bahwa saat NFT belum ngetren seperti sekarang ini, enterprise sebelumnya sudah menerapkan NFT dalam membuat identitas, carbon credits, dan lainnya. “Namun, publik kemudian semakin menyadari utilitas dari NFT saat ekosistem atau pelaku kreatif (digital artist, musisi, videografer, dll) memanfaatkan NFT untuk memonetisasi karya yang dimiliki,” tambahnya.
Menurut penjelasan dari Pandu, letak keunikan karya seni ada pada essence of rarity atau kelangkaan dari karya yang dijual oleh artist. Dulunya physical art seperti lukisan yang langka memiliki market yang besar dan diminati oleh para kolektor yang rela mengeluarkan jutaan dolar di rumah lelang seperti Sotheby’s atau Christie’s. Lalu saat ini, bagaimana digital art juga bisa memiliki essence of rarity itu? NFT merupakan jawabannya.
“Kelangkaan dalam digital art ada pada titik di mana artist atau kreator melakukan minting karyanya dalam platform NFT. Di titik itulah kepemilikan tidak bisa diduplikasi karena tercatat di blockchain. Hal ini yang menjadi kekuatan NFT dan membuat karya tersebut memiliki nilai kelangkaan,” ujar Pandu.
Tokocrypto sendiri akan meluncurkan platform NFT lokal sejalan dengan pengembangan utilitas dari TKO Token. Platform NFT marketplace bernama TokoMall ini rencananya akan hadir di pertengahan Agustus 2021. Kehadiran TokoMall diharapkan bisa menjadi wadah bagi kreator lokal Indonesia di berbagai kategori untuk memamerkan karyanya dan menjangkau pasar yang lebih luas melalui platform ini.
Chung Ying Lai, Chief Strategy Officer Tokocrypto, mengatakan bahwa “Kondisi pandemi saat ini pastinya berdampak pada artist lokal Indonesia untuk memamerkan karyanya, bahkan melakukan monetisasi dari karya tersebut. NFT bisa menjadi pilihan bagi para kreator untuk tetap berkreasi dan produktif memasarkan karyanya dalam format digital dengan tetap menjamin keasliannya.”
Tokocrypto membuka kesempatan bagi para kreator atau artist baik di kategori lifestyle, kreatif, games dan lainnya untuk bergabung di TokoMall. Beberapa merchant yang sudah bekerjasama antara lain Nevertoolavish, Banyan Core, Maximall Footwear, Si Juki, Karya Karsa, dan lainnya.
Nevertoolavish (NTL) sebagai salah satu sneaker customizers paling bergengsi di Indonesia melihat bahwa NFT merupakan sebuah medium baru sebagai seni digital dengan eksplorasi kreativitas yang tidak terbatas. “Setelah eksis di dunia artisan customizer, kami memutuskan terjun di NFT dan melihat bahwa sistem serta mediumnya sangat menarik, dimana secara ekosistem dapat menguntungkan dari sisi kreator maupun kolektor,” ujar Muhammad Haudy, CEO & Co-Founder Nevertoolavish.
Sementara itu, Winny Wong selaku CEO Banyan Core menambahkan bahwa “Indonesia memiliki banyak sekali artist bertalenta seperti arsitek, desain interior, digital artist, pelukis, penulis lagu, aktor, dan lainnya. Namun sayangnya, mereka tidak banyak terekspos ke global market, bahkan secara umum karya yang dimiliki belum diapresiasi dengan harga yang setimpal. NFT akan menjadi kesempatan besar bagi para kreator bertalenta untuk menunjukkan passion dan kreativitas yang dimiliki, dan menjadi strategi dalam mendorong bisnis kreatif di Indonesia.”
Mengeksplorasi NFT akan memberikan beberapa manfaat baik dari sudut pandang kreator maupun sebagai kolektor. Dari sisi kolektor, NFT dapat membantu mereka memperluas eksposur karya seninya mencakup pasar lokal dan internasional juga kesempatan untuk mendapatkan royalti atas karya NFT meskipun telah berpindah tangan ke kolektor lainnya. Sementara di sisi kolektor, rasa kepemilikan dan keaslian atas karya NFT dari artist yang disukai menjadi daya tarik utama untuk memiliki NFT, ditambah beberapa NFT memungkinkan pemiliknya untuk menukarkan NFT tersebut ke dalam bentuk barang fisik atau menjadikannya sebagai salah satu investasi jangka panjang. (*)