Kanker payudara merupakan kanker paling banyak di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyebutkan, dalam 5 tahun terakhir hingga akhir tahun 2020, sebanyak 7,8 juta wanita didiagnosis kanker payudara. Pada tahun 2020, sebanyak 2,3 juta wanita yang terdiagnosis kanker payudara dengan jumlah kematian 680.000 jiwa.
Penyebab kanker tidak diketahui secara pasti, karena bersifat multifaktorial atau dari berbagai faktor yang saling berhubungan. Ada beberapa faktor risiko terkait kanker payudara yang dijelaskan dr. Aris Ramdhani, Sp. B dari RSUI pada acara Seminar Awam Bicara Sehat, dalam rangka Hari Kesadaran Kanker Payudara Internasional di bulan Oktober lalu.
Faktor risiko tersebut antara lain : 1) riwayat keluarga dari garis ibu penderita kanker payudara, 2) riwayat radiasi pada pengobatan di daerah dada, 3) usia pertama kali menstruasi sangat muda, 4) usia menopause terlambat (alami menstruasi lama lebih dari 30 tahun), 5) tidak pernah mengalami kehamilan yang lengkap (full term), 6) usia pertama kali hamil lebih dari 35 tahun, 7) tidak pernah menyusui bayi, 8) menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada wanita dengan risiko kanker payudara, 9) menggunakan terapi hormonal setelah menopause, 10) berat badan berlebih.
“Faktor risiko terkait riwayat keluarga dan genetik ini tidaj bisa diubah. Sementara faktor risiko yang bisa diubah yaitu gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan melakukan aktivitas fisik,” terang Aris Ramdhani.
Konsumsi buah dan sayuran khususnya sayuran hijau, dapat menurunkan risiko kanker payudara. Begitupula kandungan fitoestrogen pada kedelai dapat mengurangi kekambuhan. Perlu diketahui, sekitar 90% kasus kanker payudara tidak memiliki riwayat keluarga. Jadi, tidak ada jaminan orang yang tidak punya faktor risiko riwayat keluarga tidak akan terkena kanker. Selain itu, kanker payudara juga tidak hanya terjadi pada wanita, sebanyak 1% terjadi pula pada pria.
