24.5 C
Jakarta

Kenali Gejala Asma Pada Anak Agar Proses Tumbuh Kembang Tidak Terganggu

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Asma tidak selalu ditampakkan dengan sesak nafas dan mengi. Pada anak-anak, asma bahkan tidak memiliki gejala khas. Karena itu perlu ketelitian orangtua untuk mengenali asma pada anak.

“Jika anak mengalami batuk yang membandel, berlangsung lama dan suka timbul tenggelam sebaiknya waspada. Sebab bisa jadi ini gejala awal anak terkena asma,” tutur Dr. Darmawan Budi Setianto, spesialis respirologi anak di sela forum ngobrol santai Penanganan Tepat Tingkatkan Kualitas Hidup Anak dengan Asma, Selasa (02/05/2017).

Dokter akan menegakkan asma jika menemukan gejala yang berulang, gejala di malam hari lebih parah, membaik dengan obat, ada riwayat asma dan alergi di keluarga serta ada faktor pencetus.  Misalnya asap rokok, tungau debu atau makanan yang mengandung MSG, coklat, atau infeksi rinofaringitis/common cold (selesma), dan aktivitas fisik berlebihan.

Menurut dr Darmawan, untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, maka asma harus dikendalikan. Penanganan dan pengendalian asma berdasarkan derajat keparahannya. Misalnya asma intermitten (kambuhnya jarang-jarang) dan persisten (sering sekali kambuh). Tatalaksana asma yang paling utama adalah menghindari pencetus.

“Selama kita dapat menghindari pencetus, maka asma tidak akan kambuh. Ibaratnya asma itu seperti tamu yang baik, ia tidak akan datang jika tidak “diundang,” jelas dr. Darmawan.

Penyakit asma diakui memang tidak bisa disembuhkan. Pengobatan diberikan untuk membantu meredakan gejala dan mencegah serangan. Tujuan pengobatan agar anak dapat beraktivitas normal, tanpa gejala siang dan malam, dan memberikan obat yang minimal efek samping.

Menurut Dr. Suria Natatmaja, Medical Director MSD Indonesia, ada dua jenis obat asma, yaitu obat untuk meredakan gejala (pereda/reliever) dan obat untuk mencegah serangan (pengendali/controller). Pemberian obat asma pada anak harus mengikuti tahapan-tahapan terapi asma. Obat golongan Short acting beta agonist (SABA) adalah jenis obat pereda, yang harus diberikan ketika serangan asma datang.

Sedangkan obat pengendali, diberikan meskipun gejalanya sudah hilang karena perannya untuk mencegah serangan di masa yang akan datang. Pengendali umumnya diberikan pada asma persisten, dan diberikan  jangka panjang dalam hitungan bulan atau tahun.

“Pemberian dievaluasi berkala, dan jika pengendalian asma sudah tercapai dapat dilakukan penurunan dosis atau penambahan dosis jika asma belum terkendali,” jelasnya.

Dr. Suria Natatmaja mengaku memberikan obat pada anak asma tidak mudah. Karena obat hirup asma akan efektif jika dilakukan sesuai aturan pemakaiannya.

“Kami sadar betapa sulitnya anak-anak penderita asma menggunakan obat hirup atau inhalansi. Oleh karena itu MSD melakukan inovasi dengan mengembangkan produk yang mudah digunakan, dalam bentuk tablet kunyah dan oral yang dilarutkan di minuman dan susu anak,” jelasnya.

Obat yang dimaksud adalah antileukotrien reseptor antagonis (montelukast) yang merupakan pengendali asma dalam formula baru yang berfungsi sebagai anti inflamasi.  Tidak seperti obat asma inhalasi (hirup), antileukotrien ini diberikan dalam bentuk minum yang tentu lebih praktis untuk anak.

Berdasarkan Pedoman Nasional Asma Anak 2016, studi kilinik menunjukan antileukotrien reseptor antagonis  ini memiliki kemanjuran yang bagus di mana dapat mengurangi gejala termasuk batuk, memperbaiki fungsi paru, mengurangi inflamasi jalan napas, dan eksaserbasi (perburukan asma).

Sementara itu, Dr Lily S. Sulistyowati MM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kemenkes, menjelaskan asma termasuk dalam penyakit tidak menular. Angka kejadiannya belum terlalu tinggi, sekitar 4%. Seperti penyakit tidak menular lain, asma kronis juga menimbulkan stress pada penderitanya, selama penyakit tidak terkendali

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!