25.9 C
Jakarta

Kenang-kenangan HB Jassin pada Sastra Indonesia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM–Pada 31 Juli tahun ini, laki-laki yang mendapat julukan “Paus Sastra Indonesia” yaitu HB Jassin genap berusia 100 tahun. Hal tersebut diperingati oleh beberapa sastrawan, sahabat, mahasiswa, dan orang-orang terdekatnya pada Senin malam di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta (31/07). HB Jassin meninggal pada tanggal 11 Maret 2000, oleh karena itu, acara tersebut di atas diberi nama “Mengenang 100 Tahun HB Jassin” yang diadakan oleh Fadli Zon Library juga Akademi Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin sendiri.

Pada acara tersebut hadir beberapa sahabat dekat HB Jassin, di antaranya Ajip Rosidi, Taufik Ismail, dan beberapa mahasiswanya pada saat ia menjadi dosen di salah satu kampus. Beberapa dari mereka ada yang membaca puisi, orasi budaya, musikalisasi puisi, dan bercerita tentang kenangannya bersama “Paus Sastra” itu. Ajip Rosidi pada orasi budayanya menyampaikan, betapa besar peran HB Jassin terhadap keberlangsungan sastra Indonesia saat itu yang sampai ini masih dirasakan oleh kita. Pada zamannya, gelar kesastrawanan seseorang seakan ditentukan oleh seorang HB Jassin sehingga ia mendapat julukan sebagai “Paus Sastra Indonesia.” “Pengarang yang mendapat perhatian Jassin dan karyanya lolos sehingga oleh Jassin dimuat dalam majalah yang redaksinya ia pimpin atau terbit sebagai buku atas anjurannya diakui secara nasional, sehingga Gayus Siagian menyindirnya sebagai “Paus Sastra Indonesia” lucunya, sindiran itu kemudian menjadi gelar kehormatan bagi Jassin sehingga secara awam orang menganggapnya sebagai paus sungguhan yang mempunyai wewenang dalam menentukan kesastrawanan seorang dalam sastra Indonesia,” ucap Ajin pada orasi budayanya.

Maman S. Mahayana dan Taufik Ismail sebagai orang yang memiliki hubungan emosional yang sangat dekat dengan Jassin memberikan komentar sekaligus cerita singkat tentang kenangannya berasama Jassin. “Pak Jassin itu dosen saya, saya sangat intim dengan beliau. Satu cerita yang saya ingat darinya adalah pada zaman penjajahan Jepang, ia pernah menjual bukunya dengan sangat terpaksa karena kondisi ekonomi pada saat itu dan menjualnya sembari menangis saking cintanya terhadap buku. Pada saat menjual buku ia berkata pada pembelinya bahwa buku itu jangan sampai dijual pada orang lain karena akan dibeli lagi olehnya. Pada hari lain ia (Jassin) mendatangi tempat menjual buku dan mencari orang tersebut, namun tidak ada. Pada saat itu ia menangis kembali karena merasa tidak mendapatkan kembali bukunya.” Tutur Maman. Betapa cintanya HB Jassin terhadap buku dan sastra Indonesia sehingga ribuan dokumen yang ia kumpukna selama puluhan tahun masih bisa kita rasakan dan temukan di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin (PDS HB Jassin) di kawasan Taman Ismail Marzuki.

Acara mengenang HB Jassin diisi oleh beberapa pergelaran seni seperti pembacaan puisi oleh beberapa sastrawan seperti Jose Rizal Manua, Fadli Zon, Taufik Ismail, Neno Warisman, dan lainnya juga musikalisasi puisi oleh Dima Miranda. Selain itu, di plaza Teater Kecil terdapat beberapa buku koleksi Fadli Zon Library karya HB Jassin yang dipamerkan.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!