JAKARTA, MENARA62.COM – Sistem pembelajaran dengan menggunakan metode blended learning masih menjadi pilihan terbaik bagi anak-anak pada masa kini. Sistem ini merupakan gabungan pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka langsung.
“Di masa pandemi ini banyak yang menawarkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai media ajar, tetapi tidak banyak yang mengintegrasikan antara teknologi dengan pedagogi atau metode ajar yang baik,” kata Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM) Laksmi Mayesti, dalam siaran persnya Jumat (16/7).
Menurut Laksmi Mayesti dalam metode blended learning, para siswa dapat mengikuti dua metode pembelajaran sekaligus, yakni pembelajaran secara daring dan secara luring. Dua metode pembelajaran ini telah dilakukan oleh SMM jauh sebelum pandemi Covid-19 menghantam Tanah Air.
Laksmi melanjutkan, setiap pengajar di SMM didorong untuk selalu mengembangkan kreativitasnya agar anak-anak atau peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka baik kepada guru maupun teman-temannya. Interaksi yang terbuka tersebut akan menjadi benefit juga bagi orang tua peserta didik ataupun mereka yang akan mendaftarkan anaknya di SMM pada tahun ajaran 2021.
“Sehingga orang tua bisa mengetahui perkembangan anaknya dengan terlibat secara langsung tanpa harus merasa terbebani, karena seolah-olah sistem pembelajaran daring cenderung hanya memberatkan orang tua dan anak-anak,” ujar Laksmi.
Metode pembelajaran blended learning seperti yang digelar SMM selama ini diakui Laksmi sangat menguntungkan peserta didik serta orang tua baik dari segi kualitas kurikulum pendidikan terbaik, akses pembelajaran yang fleksibel berkat pemanfaatan teknologi informasi, maupun biaya yang terjangkau untuk seluruh anak Indonesia.
Hingga saat ini, kata Laksmi, murid-murid SMM tersebar mulai dari Aceh hingga Papua. Bahkan agar akses untuk masyarakat semakin luas, pada tahun ajar 2021 SMM akan menginisiasi pembukaan lokasi pembelajaran luar jaringan (offline) di delapan kota yaitu Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, Depok, Bogor, Bekasi, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
“Kami membuka periode pendaftaran sampai 21 Juli untuk semua tingkatan mulai dari PAUD hingga SMA kelas 12. Namun masyarakat tetap bisa mengikuti pendaftaran dan ikut kelas setelah tanggal 21 Juli,” kata Laksmi.
Mella, salah satu orang tua siswa SMM, mengakui metode blended learning dan fleksibilitas yang diterapkan sekolah cukup membantu anaknya dalam mengembangkan passion skill-nya yang lain yaitu coding.
Di samping itu, fleksibilitas dari SMM juga membuat anaknya mampu memiliki life skill untuk bertanggung jawab atas jam belajar yang ia pilih.
“Terbukti, karena ia memilih jam belajar yang ia inginkan, ia tidak ada keterpaksaan untuk sekolah dan bahkan semenjak di SMM sudah sedikit sekali intervensi saya sebagai orang tua untuk menyuruh Raihan sekolah karena ia menjadi mandiri,” kata Mella.
Mella melanjutkan, meskipun mata pelajaran yang diajarkan di SMM lebih sedikit dibandingkan dengan sekolah lainnya tapi ternyata tidak serta-merta malah menurunkan kualitas yang diberikan.
Menurutnya, anak-anak bukanlah robot yang harus menyerap semua pelajaran yang belum tentu dapat diserap mereka dan sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
“Bagi saya, sekolah harus menyesuaikan kebutuhan anak, knowledge anak. Tapi harus sesuai usia, kompetensi, dan manfaatnya. Kalau di SMM seperti ada social project,” ujar Mella.
Sekolah Murid Merdeka (SMM) adalah sekolah inovatif dengan sistem blended learning yang menggunakan metode pedagogi dan teknologi terkini untuk pembelajaran sejak usia dini hingga sekolah menengah. SMM mengimplementasikan kurikulum nasional yang terstruktur, pemantauan (dan penilaian) capaian pembelajaran namun juga memberikan fleksibilitas belajar yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan bakat dan jadwal yang sesuai untuk anak.