JAKARTA, MENARA62.COM – Pembelajaran yang terintegrasi dengan perangkat teknologi digital telah menjadi model pembelajaran yang dikembangkan selama pandemi Covid-19. Tetapi tidak banyak lembaga yang menawarkan model pembelajaran berbasis digital tersebut yang mengintegrasikan teknologi dengan paedagogi atau metode ajar yang baik.
Padahal model belajar yang terintegrasi perangkat teknologi ini kata Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti akan menjadi ciri khas pembelajaran masa depan.
“Model pembelajaran yang mengintegrasikan perangkat digital akan menjadi model pembelajaran yang berkembang meski nantinya pandemi telah berakhir,” kata Laksmi, Jumat (4/6/2021).
Di Sekolah Murid Merdeka sendiri, lanjut Laksmi, model pembelajaran blended learning, yaitu metode yang menggabungkan pembelajaran online (dalam jaringan) dan pembelajaran offline atau tatap muka langsung telah dirintis jauh sebelum ada pandemi. Karena itu ketika kebijakan pembelajaran berbasis teknologi internet diputuskan oleh pemerintah sejak pandemi Covid-19 melanda tanah air, siswa di SMM sudah familiar dengan model pembelajaran seperti ini.
“Rencana pembelajaran di SMM sudah termasuk pilihan pembelajaran online dan tatap muka langsung,” jelasnya.
Baca juga:
- Shinkenjuku Tawarkan Model Pembelajaran Matematika Secara Online
- Atasi Kendala Pembelajaran Online, Program Zenius untuk Guru Diluncurkan
Menurut Laksmi, belajar online bisa sangat engaging, menyenangkan dan bermakna. Kuncinya ada pada kreativitas yang dibangun tenaga pengajar. Semua pengajar Sekolah Murid Merdeka dituntut selalu mengembangkan kreativitas, agar peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka, baik dengan guru maupun teman-temannya.
“SMM menawarkan fleksibilitas. Kami percaya setiap anak punya kebutuhan yang berbeda, dan punya konteks belajar yang berbeda juga. Sebagai pendidik kami punya kewajiban merespons kebutuhan belajar anak, termasuk merespon konteks belajar yang ada di sekitar anak,” jelasnya.
Diakui Laksmi, keberadaan sekolah berkualitas relatif masih terbatas, biasanya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar. Seringkali orang tua siswa merasakan bahwa sekolah yang mereka harapkan jauh dari tempat tinggalnya. Seandainya bisa diakses, sekolah itu kurang fleksibel, dan belum sampai tingkat mengukur kebutuhan anak, atau berpihak pada anak.
“SMM didirikan untuk mengubah miskonsepsi bahwa kita memang bisa belajar dari mana saja, Pendidikan yang berkualitas harus merata dan bisa diakses semua anak di Indonesia. Berkat bantuan teknologi informasi, murid-murid SMM, tersebar dari Aceh hingga Papua,” ujar Laksmi.
Mengenai kurikulum yang dipakai, Laksmi menjelaskan, SMM tetap menggunakan Kurikulum Nasional. Namun dalam proses belajar-mengajar, SMM menggunakan banyak pendekatan dan inovasi.
“Kami selalu merujuk riset-riset terbaru, misalnya tentang manajemen kelas maupun pedagogi. Kami punya tim kurikulum yang rutin melakukan kajian tentang metode pembelajaran, sebelum akhirnya melibatkan guru-guru untuk berdiskusi,” kata dia.
Meskipun metode pembelajaran online bisa diterapkan sepenuhnya, Laksmi juga berharap pembelajaran tatap muka secara langsung sudah bisa dilakukan pada tahun ajaran baru mendatang.
“Kami sangat excited menyambut tahun ajaran baru. SMM juga menyiapkan delapan sekolah satelit di delapan kota, antara lain di Bandung, Depok, Tangerang, Surabaya serta beberapa kota besar lainnya. SMM siap seandainya pelaksanaan belajar sudah diperbolehkan dengan tatap muka langsung, tentunya dengan pendekatan belajar yang tak kalah seru dan menyenangkan,” ujarnya.