JAKARTA, MENARA62.COM– Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan, persentase penyakit ginjal kronis (PGK) masih tinggi. Yaitu sebesar 3,8%, dengan kenaikan sebesar 1,8% dari tahun 2013. Data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2017 menunjukkan, jumlah pasien aktif yang menjalani hemodialisis sebanyak 77.892 orang. Sementara pasien baru adalah 30.843 orang.
Beban negara akibat PGK pun amat besar. Data BPJS Kesehatan di 2017, tercatat 3.657.691 prosedur dianalisis dengan total biaya sebesar Rp 3,1 triliun rupiah. Pengeluaran nomor tiga tertinggi setelah penyakit jantung dan kanker. Meskipun kebijakan dan strategi nasional untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) atau NonCommunicable Diseases (NCD) secara umum ada di banyak negara, namun kebijakan spesifik yang diarahkan pada skrining, pencegahan dan pengobatan penyakit ginjal masih dirasakan kurang memadai.
Berdasarkan kajian tersebut, Lazismu menggagas program Kidney Health for New Hope untuk mereka yang menderita PGK. Kidney Health for New Hope adalah program peduli penyintas gagal ginjal melalui kegiatan yang bersifat karitatif dan pemberdayaan kepada individu maupun kelompok/organisasi, melalui enam pilar program yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial-dakwah, kemanusiaan, dan lingkungan.
Kick Off program Kidney Health for New Hope berlangsung secara daring pada Senin, (11/10) yang dihadiri oleh Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yaitu Machsunah Syakir selaku Badan Pengurus, Hamim Ilyas mewakili Dewan Syariah, Sabeth Abilawa selaku Direktur Utama, para Direksi, Lazismu dari berbagai tingkatan di Indonesia, serta para penyintas PGK.
Direktur Utama Lazismu PP Muhammadiyah, Sabeth Abilawa saat meluncurkan program ini menyampaikan bahwa pihaknya berharap bahwa program ini dapat berlangsung dengan jangka waktu yang lama. Ia menegaskan agar program ini dapat dilakukan secara nasional dan didukung oleh Lazismu pada semua tingkatan. “Apa yang kita upayakan hari ini mungkin hanya ikhtiar kecil, semoga bisa direplikasi secara nasional. Teman-teman Lazismu di wilayah dan daerah bisa mendukung kegiatan ini agar dapat membantu para penyintas sehingga ekonomi keluarga dapat berjalan dengan baik,” tegasnya.
Selain itu Sabeth juga mengemukakan, dengan jaringan yang luas, Lazismu dapat membantu para penyintas gagal ginjal di Indonesia. “Lazismu memiliki cakupan jaringan yang cukup luas, sekitar 800 kantor layanan di berbagai wilayah sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama demi kemaslahatan,” ungkapnya. Ia pun menjelaskan, program-program yang telah dijalankan oleh Lazismu dapat diterapkan pada program ini. “Lazismu memiliki daya dukung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan proses penyembuhan atau pengobatan seperti program ambulans. Insya Allah Lazismu di beberapa wilayah atau daerah dapat mendukung program tersebut. Selain itu Lazismu juga memiliki program rumah singgah yang juga dapat mendukung program Kidney Health for New Hope,” jelasnya.
Ia pun meluncurkan program ini dengan harapan agar bisa terus bersinergi, berkolaborasi, menumbuhkan potensi, serta ke depannya bisa diduplikasi dan direplikasi di beberapa wilayah dan daerah. “Semoga memiliki manfaat dan dampak yang luas bagi para penyintas gagal ginjal,” pungkasnya.
Manajer Program Pilar Kesehatan Lazismu PP Muhammadiyah, Falhan Nian Akbar menyampaikan bahwa program ini merupakan wujud kepedulian kepada penyintas gagal ginjal melalui program yang bersifat karikatif maupun pemberdayaan. “Program ini dapat bersifat individu ataupun melalui kelompok organisasi yang menghimpun para pasien gagal ginjal. Selain itu, program ini juga akan diselaraskan dengan pilar-pilar program yang ada di Lazismu,” terangnya.
Falhan juga mengapresiasi Lazismu di tingkat wilayah dan daerah yang sudah menjalankan program layanan untuk penyintas gagal ginjal. “Mudah-mudahan bisa disinergikan dengan komunitas-komunitas karena pada prinsipnya Lazismu bisa bersinergi dengan siapapun dan dana yang kita berikan adalah amanah, baik dari zakat, infak, maupun sedekah,” tutupnya.
Tristiyanto selaku Manajer Lazismu Kabupaten Banjarnegara juga turut mendukung program Kidney Health for New Hope. Ia pun menjelaskan bahwa pihaknya telah dua tahun lebih melayani pasien gagal ginjal, khususnya terkait biaya transportasi cuci darah di luar kota. “Kami sudah berkolaborasi dengan penyintas gagal ginjal, meski hanya sebatas mengurangi biaya pengobatan dengan mengantarkan pasien berobat. Di Banjarnegara cukup banyak penderita gagal ginjal dan tidak bisa mendapatkan pelayanan di dalam kota, sehingga harus dirujuk setiap dua kali seminggu ke kota lain seperti Banyumas yang telah memiliki layanan cuci darah,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, “Kami juga mendapatkan beberapa pasien, penghasilan mereka cukup menurun, sehingga guliran program sangat dibutuhkan sehingga para penyintas bisa lebih produktif, lebih berdaya baik yang bersangkutan maupun keluarganya untuk membantu usaha penyembuhan maupun perawatan. Bahkan, pihaknya pun pernah melayani pasien dalam jumlah cukup banyak. Suatu ketika kami dalam sehari mengirimkan delapan pasien dari Banjarnegara ke Banyumas, seminggu dua kali. Meski pembiayaan cukup besar namun masih bisa ditutupi melalui penghimpunan yang dilakukan Lazismu,” terangnya.
Sementara itu, Indra Sonjaya, salah satu penyintas cuci darah yang tinggal di Kota Semarang juga mengaku sudah mendapatkan layanan dari Lazismu Kota Semarang berupa mobil ambulans. “Saya pernah menikmati layanan dari Lazismu berupa ambulans ke rumah sakit waktu masih belum bisa mandiri,” ucapnya. Ia juga berharap Lazismu baik di daerah maupun pusat bisa memaksimalkan bantuan ekonomi kepada penyintas gagal ginjal.
Dengan adanya kickoff ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi pasien gagal ginjal di seluruh Indonesia dan ke depannya dapat membuka kesempatan kepada organisasi/lembaga yang menaungi pasien gagal ginjal di seluruh Indonesia untuk bersinergi dalam berbagai program. Selain itu, dengan dihadiri oleh Lazismu berbagai tingkatan, kegiatan ini diharapkan bisa menjadi gerakan program nasional, sehingga dimanapun pasien gagal ginjal berada bisa dapat dibantu secara langsung ataupun melalui kolaborasi dan sinergi program baik dari sisi fundraising maupun penyaluran. (*)