Jakarta – Ketua Pemuda Tani Mandiri, Ichi Indrawan, menyayangkan pemberitaan yang menyerang secara pribadi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di tengah upaya keras pemerintah untuk melawan mafia pangan. Ichi menilai bahwa serangan terhadap Menteri Amran, yang sedang fokus melindungi petani dan menjaga ketahanan pangan, justru memperburuk situasi dan menguntungkan pihak-pihak yang menghambat kemajuan sektor pertanian.
“Saat Menteri Amran tengah berjuang keras untuk melawan mafia pangan dan melindungi petani, serangan pribadi yang terus-menerus terhadap beliau hanya akan melemahkan perjuangan swasembada pangan. Pemberitaan semacam ini tidak hanya tidak objektif, tetapi juga merugikan semua pihak, terutama petani yang tengah berharap akan kebijakan yang berpihak pada mereka,” ujar Ichi.
Ichi menegaskan bahwa pemerintah sekarang berfokus pada penguatan ketahanan pangan nasional, tapi kemudian pemberitaan yang tidak akurat dan beritikad buruk hanya akan menguntungkan pihak-pihak yang selama ini menghambat langkah kementerian pertanian. “Menteri Amran sudah mengambil langkah tegas untuk tidak mengimpor beras hingga akhir 2025. Kebijakan ini jelas bertujuan untuk melindungi petani dari praktik mafia impor yang selama ini merugikan mereka,” tambah Ichi.
Ichi juga menyebutkan bahwa pemberitaan negatif yang dilancarkan TEMPO hanya memperburuk citra pemerintah dan mempersulit upaya Kementan dalam melindungi petani. “Framing negatif terhadap Menteri Amran yang sedang bekerja keras memastikan ketersediaan pangan nasional akan membuat petani tidak optimis swasembada pangan akan tercapai, padahal kebijakan kementerian pertanian jelas berpihak pada petani, seperti kenaikan harga gabah, penurunan harga pupuk sebesar 20%, dan memastikan ketersediaan pupuk yang memadai dengan kemudahab proses penebusan.
Menurut Ichi, pemberitaan yang menyudutkan menteri pertanjan akan memberikan ruang bagi mafia pangan menghambat pembangunan sektor pertanian,”ungkap Ichi.
Ichi menutup pernyataannya dengan harapan agar media, terutama TEMPO, kembali pada prinsip dasar jurnalisme yang objektif dan berbasis fakta. “Kami berharap TEMPO segera mengakui kesalahannya, mengoreksi framing yang salah, dan menghormati rekomendasi Dewan Pers untuk memperbaiki pemberitaan mereka. Jangan biarkan disinformasi terus merugikan petani dan rakyat Indonesia,” tutupnya.

