JAKARTA, MENARA62.COM– Hari ini, perempuan Indonesia memperingati Hari Kartini. Bukan sekedar memperingati lahirnya tokoh Raden Ajeng Kartini semata pastinya. Ini adalah hari istimewa dimana ratusan tahun lalu, Kartini menorehkan tonggak dimulainya emansipasi dan pergerakan bagi kaum perempuan Indonesia.
Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani ) Ir Giwo Rubianto Wiyogo mengingatkan hendaknya Hari Kartini yang diperingati secara rutin setiap tanggal 21 April tidak sekedar seremoni belaka, sekedar bersanggul dan berkebaya. Mengingat persoalan perempuan yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bangsa Indonesia masih sangat banyak dan berat.
“Kita introspeksi diri untuk lakukan pembenahan sehingga apa-apa yang dicita-citakan Kartini bisa kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari,” papar Giwo, Jumat (21/04/2017).
Menurut Giwo, RA Kartini menjadi tonggak sejarah bagi kebangkitan kaum perempuan Indonesia. Melalui gerakan emansipasi yang dilakukan Kartini, kini kehidupan perempuan Indonesia jauh lebih baik. Memiliki peluang untuk berkiprah dalam ranah publik, memiliki kesamaan derajat dengan kaum laki-laki serta semakin kuat kedudukannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hanya saja ditengah kemajuan peran perempuan yang demikian pesat, kini perempuan Indonesia juga menghadapi berbagai persoalan. Diantaranya masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, masih rendahnya keterwakilan perempuan dalam bidang legislatif, makin maraknya kasus KDRT, meningkatnya jumlah perempuan yang menjadi korban trafficking, kemiskinan, rendahnya rata-rata pendidikan dan sebagainya.
Giwo mengatakan bahwa persoalan-persoalan tersebut tentu menjadi PR berat bagi pemerintah. Mengingat perempuan ibarat tiang negara. Ketika kehidupan perempuan membaik, maka akan baiklah generasi muda. Dan sebaliknya jika kehidupan perempuan memburuk, maka generasi yang dilahirkan tentu bermutu rendah.
“Tetapi tugas berat ini tentu tidak bisa diselesaikan sendiri oleh pemerintah. Keterlibatan swasta dan masyarakat umum tentu amat penting,” pungkas Giwo.