JAKARTA, MENARA62.COM – Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Giwo Rubianto menyebutkan, Hari Insinyur Perempuan Sedunia merupakan upaya untuk mengkampanyekan perempuan dalam bidang teknik sekaligus merayakan pencapaian para insinyur perempuan yang telah memberikan perkembangan besar dalam tata cara hidup.
“Pada masa revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0 yang keseluruhan aspek produksi sudah bertransformasi dengan peleburan teknologi digital, kita perlu bersama-sama mendorong perempuan dalam meningkatkan literasi digital dan mengentaskan kesenjangan digital yang secara otomatis insinyur perempuan memiliki peran yang sangat penting untuk mendorong inovasi teknologi di tanah air,” ujar Giwo dalam Webinar Memperingati Hari Insinyur Perempuan Sedunia Ke-6 secara virtual, Selasa (12/7).
Senada juga disampaikan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Lenny N. Rosalin. Menurutnya perempuan Indonesia perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang Sains, Teknologi, Engineering atau Teknik, dan Matematika (STEM). Sebab STEM merupakan salah satu prasyarat untuk melakukan inovasi di berbagai bidang kehidupan.
“Bidang STEM adalah bidang pembangunan yang sangat strategis di mana otomatisasi dan digitalisasi yang berpengaruh terhadap hajat hidup perempuan dirancang. Oleh karena itu, perempuan harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka agar dapat meminimalisasi dampak otomatisasi atas pekerjaan mereka serta dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi,” ujar Lenny.
Survei Angkatan Kerja Nasional 2020, persentase penduduk Indonesia yang memiliki ijazah pendidikan tinggi di bidang STEM masih rendah, yaitu 32 persen. Dilihat dari jenis kelaminnya, penduduk laki-laki yang memiliki ijazah pendidikan tinggi di bidang STEM sebesar 34 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan perempuan, yaitu 29 persen.
Lebih lanjut, Lenny menyebutkan, di dunia kerja hanya 2 dari 10 perempuan yang bekerja secara profesional dan 3 dari 10 perempuan yang meneliti di bidang STEM. “Jumlahnya pun terus menurun ketika kita bicara tentang nuklir,” imbuh Lenny.
Menurutnya, ada beberapa penyebab rendahnya partisipasi perempuan dalam bidang STEM. Berdasarkan penelitian The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), 61 persen perempuan mempertimbangkan stereotipe gender saat mencari kerja. Selain itu, 50 persen perempuan kurang tertarik bekerja di bidang STEM karena kuatnya dominasi laki-laki. Lenny pun menegaskan, hal ini harus menjadi perhatian berbagai pihak.
President Women in Nuclear Indonesia, Tri Murni Soedyartomo menambahkan, Hari Insinyur Perempuan Sedunia dilaksanakan untuk menyadarkan dunia internasional supaya dapat meningkatkan atau menyesuaikan kemajuan perempuan di bidang teknik. “Selain itu, memusatkan perhatian pada peluang karier yang tersedia bagi anak perempuan di berbagai industri, seperti kemampuan berpikir kreatif dan mengerjakan hal-hal bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti penyediaan pangan, papan, sarana transportasi, infrastruktur, serta pembangkit listrik yang bersih lingkungan,” tutup Tri.