JAKARTA, MENARA62.COM – Puisi Sukmawati Soekarnoputri yang di dalamnya menyinggung tentang azan dan cadar menjadi kontroversi. Puisi berjudul ‘Ibu Indonesia‘ itu menuai polemik.
Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang merupakan federasi dari 86 organisasi perempuan Indonesia, melalui Ketua Umum Kowani Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd., menyampaikan pandangannya terkait puisi tersebut.
“Bahwa di bumi pertiwi yang beragam ini, kita harus dapat menjaga dan menghargai keragaman, termasuk yang dapat menyinggung keyakinan beragama,” kata Giwo dalam siaran persnya, Selasa (3/4/2018).
Menurut Giwo, bicara perempuan, tidak hanya bicara sanggul. Perempuan cantik, tidak hanya cantik penampilan, tapi juga cantik batin meliputi hati, kecerdasan, wawasan dan akhlaq.
Lebih-lebih Kowani yang mendapat mandat sebagai “Ibu Bangsa” yang merupakan hasil keputusan Kongres Perempuan ke II tahun 1935. Dimana kewajiban perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa yang berarti berusaha membina pertumbuhan generasi penerus yang lebih sadar akan kebangsaannya.
Giwo mengatakan sudah menjadi aturan di KUHP, bahwa kita semua dilarang untuk bicara yang menyinggung SARA, demi keutuhan bangsa Indonesia.
Karenanya, Kowani lanjut Giwo sangat prihatin dengan munculnya kasus tersebut. Dimana isu SARA sepertinya masih dimanfaatkan dan tak pernah mati.
“Ada saja pihak yang menggunakan isu SARA sebagai “senjata” untuk meraih tujuan. Entah itu tujuan politik atau ekonomi,” tegasnya.
Bak komoditas yang laris manis, isu SARA kata Giwo, selalu saja diproduksi dan direproduksi meski rambu regulasi sudah banyak diterbitkan di Indonesia.
Lebih lanjut Giwo mengatakan sebenarnya nama Ibu Indonesia , adalah suatu hal yang mulia. Nama tersebut muncul pada tahun 1935, sebagai salah satu hasil keputusan Kongres Perempuan Indonesia. Intinya bahwa Wanita Indonesia wajib menjadi ibu bangsa. Bukan semata untuk urusan konde dan lainnya.
Tugas sebagai Ibu Bangsa adalah sangat berat, vital, urgen namun sangat mulia karena harus mempersiapkan sebuah generasi yang sehat jasmani dan rohani, jujur, rajin, berkarakter, cakap, pintar, berpengetahuan, tahan uji, kreatif, inovatif, unggul dan berdaya saing, berwawasan luas dan memiliki wawasan kebangsaan yang militan tak mudah menyerah, kokoh tergoyahkan dan membanggakan.
“Ibu Bangsa memegang teguh persatuan dan kesatuan oleh karenanya maka etika kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi sangat penting,” tutup Giwo.
Seperti diketahui Sukmawati, membacakan puisi berjudul Perempuan Indonesia dalam penutupan pagelaran fesyen show di JCC Senin malam.
Puisi yang pada bait- baitnya mencoba membandingkan cadar dengan konde serta suara azan dengan kidung, menuai protes dari berbagai kalangan karena dianggap SARA.