JAKARTA, MENARA62.COM – Kongres Wanita Indonesia (Kowani) kembali mengusulkan sosok pejuang menjadi pahlawan nasional. Kali ini, Kowani mengusulkan dr Rubini, seorang dokter yang menjadi salah satu korban peristiwa pembataian Mandor, pada era penjajahan Jepang.
Upaya menguatkan usulan tersebut, Kowani bekerjasama dengan Pemkab Mempawah terus mengumpulkan bukti-bukti pendukung di lapangan baik dari kajian sejarah, saksi sejarah dan lainnya.
“Dokter Rubini memiliki kepedulian untuk membantu dan menyelamatkan perempuan dan anak di Kabupaten Mempawah pada masa penjajahan Jepang,” kata Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo dalam seminar dr Rubini – Perintis dan Pejuang Kemerdekaan Kalimantan Barat menuju Pahlawan Nasional, Jumat (18/3/2022).
Karena itu Giwo menilai sosok dr Rubini pantas menyandang gelar sebagai pahlawan nasional. Mengingat jasa-jasa almarhum dr Rudini sangat besar bagi masyarakat Menpawah yang berjuang merebut kemerdekaan Indonesia.
“Peran almarhum sebagai tenaga medis yang bekerja di rumah sakit benar-benar telah memberikan dukungan besar bagi perjuangan rakyat Indonesia,” tambah Giwo.
Diakui inisiatif mengusulkan dr Rubini menjadi pahlawan nasional tercetus saat Kowani, BKOW dan Kodim menggelar kegiatan vaksinasi massal di Kabupaten Mempawah beberapa waktu lalu. Kemudian juga kegiatan napak tilas perjuangan dr Rubini dari RS Rumah Sakit Sungai Bangkong Pontianak, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rubini Mempawah, dan ke Makam Juang Mandor di Kabupaten Landak, di mana dr Rubini dimakamkan.
Dari sinilah kemudian muncul inisiatif untuk mengusulkan nama dr Rubini yang ternyata memiliki peran dan jasa yang sangat besar bagi perjuangan rakyat Kabupaten Mempawah. “Kami masih terus menyusun kajian akademis, data-data pendukung untuk dr Rubini,” tegas Giwo.
Karena itu di tengah perjuangan mengantarkan diterbitkannya UU PKS, Kowani sebagai federasi organisasi perempuan terbesar di Indonesia mempelopori pengangkatan dr Rubini sebagai pahlawan nasional.
“Dokter Rubini telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk perjuangan rakyat,” tukas Giwo.
Selain dr Rudini, menurut Giwo peran Amelia Rubini yakni istri dr Rubini juga sangat penting. Amelia telah menjalankan fungsinya sebagai pendamping suami dengan sangat baik.
Bupati Mempawah, Erlina melalui asisten Ekbang Kesra Kabupaten Mempawah dalam kesempatan yang sama mengungkapkan dukungannya terhadap upaya Kowani untuk mengusulkan dr Rubini sebagai pahlawan nasional. Sosok dr. Rubini menurutnya adalah sosok dokter yang mengabdikan diri bagi masyarakat Kalbar dan Indonesia yang juga salah satu korban peristiwa Mandor pada masa penjajahan Jepang, ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
”Pemkab Mempawah telah mendirikan rumah sakit dr Rubini sebagai salah satu penghargaan kepada jasa-jasa almarhum,” katanya.
Semasa hidunya, dr Rubini penah menjadi kepala kesehatan Rumah Sakit Sungai Bangkong Pontianak. Pada tahun 1934, dr. Rubini datang ke Pontianak sebagai tenaga kesehatan, dan pada saat penjajahan Jepang, membentuk satu kelompok cendekiawan yang menentang penjajahan Jepang di tahun 1942, hingga pada akhirnya tahun 1944, dr. Rubini bersama istrinya ditangkap oleh tentara Jepang dan tidak pernah kembali.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rubini Mempawah, dan ke Makam Juang Mandor di Kabupaten Landak, di mana beliau dimakamkan.
Sebelumnya, Kowani sendiri telah berhasil mengantarkan Laksamana Malahayati, tokoh pejuang asal Aceh menjadi pahlawan nasional. Usulan kedua adalah Rohana Kudus, seorang jurnalis perempuan yang banyak berjuang untuk perjuangan rakyat Indonesia melalui tulisan-tulisannya pada zaman penjajahan Belanda.