JAKARTA, MENARA62.COM – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2021 menjadi momentum tepat untuk melakukan introspeksi diri terhadap situasi pendidikan saat ini. Introspeksi diri tersebut menurut Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Prof Unifah Rosyidi penting untuk melihat kembali dasar-dasar pendidikan yang ditanamkan Bapak Pendidikan Nasional itu.
“Sebaiknya kita menundukkan kepala, merenung, dan instrospeksi apakah situasi pendidikan saat ini sudah sesuai dengan impian, harapan, dan cita-cita Ki Hadjar Dewantara?” papar Unifah Ahad (2/5/2021).
Menurutnya penetapan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional yang diambil dari tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara dan ditetapkan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959, merupakan a crowning, pengakuan resmi negara terhadap perjuangan dan jasa besar Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan Nasional. Jika melihat kondisi pendidikan Indonesia saat ini, dari sisi angka-angka statistik secara kuantitas memang menakjubkan. Terdapat capaian yang luar biasa dalam kesempatan akses pendidikan.
Meski demikian, jika mengacu pada frasa tujuan bernegara dalam kontitusi, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka kenyataan pencapaian tujuan itu masih jauh panggang dari api. Jika kita menggunakan indikator mutu pendidikan yang disepakati secara internasional, kualitas pendidikan Indonesia masih belum membanggakan. Peringkat Indonesia dalam Human Development Index (HDI), Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), serta Programme for International Student Assessment (PISA), berada pada posisi menengah bawah, dan rendah.
“Indikator itu menunjukkan bahwa masih terlalu banyak pekerjaan rumah di sektor Pendidikan yang harus diselesaikan,” lanjut Unifah.
Lebih memprihatinkan dari sisi karakter. Unifah mengatakan maraknya korupsi bahkan mulai dari kalangan milenial, penggunaan narkoba yang meluas, tawuran, kekerasan hingga pelanggaran lalu lintas yang dianggap lazim menunjukkan masih ada yang harus diluruskan dalam dunia pendidikan bangsa ini. Hal ini diperparah dengan memudarnya nasionalisme di sebagian kalangan.
Padahal tanpa nasionalisme kita akan melihat pembangunan fisik secara nyata namun tidak bisa membedakan antara “pembangunan Indonesia” yang murni karya, dan modal anak bangsa dan “pembangunan di Indonesia” yang dimodali asing dan dimiliki asing.
Untuk itu, menyambut Hari Pendidikan Nasional 2 Mei ini, Persatuan Guru Republik Indonesia mengajak semua pihak untuk merenungi kembali sudahkah pendidikan kita saat ini sesuai prinsip[1]prinsip pendidikan kebangsaan yang digagas Ki Hadjar Dewantara? Sudahkah tri pusat pendidikan (pendidikan di rumah, sekolah, dan masyarakat) yang diimpikan Ki Hadjar Dewantara menjadi bagian ekosistem pendidikan kita saat ini?
“Menyambut Hari Pendidikan Nasional tahun ini, marilah bersama terus kita luruskan biduk pendidikan agar kembali sesuai arah yang telah ditunjukkan Bapak Pendidikan Nasional kita,” tutup Unifah.