29.9 C
Jakarta

Keyboard Ngadat, Politik Ribut: Ahmad Dhani dan Nada yang Tak Pernah Mati

Baca Juga:

Jakarta, Menara62.com –  Di tahun 1986. Sebuah kamar kos sempit yang pengap di di Jalan Dharmawangsa, Surabaya, antara aroma anak muda dan udara siang khas kota Pahlawan, empat remaja gondrong sedang berjibaku dengan alat musiknya.

Jemari seorang pemuda bernama Ahmad Dhani menari liar di atas tuts keyboard tua yang lebih sering ngadat ketimbang nurut. Di sampingnya, Erwin, Wawan, dan Andra berpeluh, mencoba menaklukkan ampli pinjaman yang suaranya serak dan gitar yang senarnya sesekali memprotes dengan nada fals.

Satu hal yang tidak pernah bergeser di kamar itu hingga kini: mimpi mereka.

Di luar sana, panggung musik Indonesia akhir 80-an adalah arena para ‘jenderal’ bintang lima. God Bless berdiri gagah dengan rambut dan rock klasiknya. Vokalis bersuara emas Chrisye sedang merajai frekuensi radio anak muda. Betharia Sonata adalah ratu resmi lagu-lagu patah hati nasional, sementara Rhoma Irama, si Raja Dangdut menjadi suara rakyat jelata lewat orkes melayunya. Menembus hegemoni mereka? Bagi anak SMA dari Surabaya waktu itu terdengar seperti sesuatu hal yang mustahil.

Konser Dewa 19 All Stars di Stadion GBK, 6 September 2025.

Tapi Dhani, sejak dulu, memang punya kamus hidupnya sendiri. “Saya ini orangnya nekat. Dari dulu kalau nggak coba, ya nggak bakal tahu hasilnya,” begitu pengakuannya dalam sebuah wawancara di media.

Kenekatan itu terbayar lunas. Dari kamar yang sempit itu, lahirlah Dewa, akronim dari nama mereka berempat yang kemudian berevolusi menjadi Dewa 19 karena usia mereka yang rata-rata 19 tahun. Sebuah entitas musik yang tak hanya mengubah arah angin industri, tapi juga menjadi soundtrack abadi bagi jutaan kegalauan, cinta monyet anak SMA, hingga perenungan hidup sebuah generasi dewasa. Dewa 19 tak hanya mengubah tren musik kita, tapi juga jadi soundtrack hidup jutaan orang. Lagu “Kangen” yang berpadu dengan suara Ari Lasso adalah buktinya: sederhana, tulus, tapi meledak besar.

Menurut seorang pengamat musik senior, keajaiban Dhani terletak pada kemampuannya menjadi arsitek nada yang cerdas sekaligus pedagang selera . Dia paham betul formula pop yang membuat lagu lengket di telinga, egonya sebagai musisi mendorongnya menyuntikkan prog-rock, jazz, bahkan orkestrasi klasik ke dalamnya. Hasilnya? Lagu yang terdengar megah untuk didengar di kamar, tapi tetap asyik dinyanyikan saat nongkrong di warung kopi. Dia menjual kemewahan musik dalam kemasan yang bisa dijangkau semua orang.

Getaran kemewahan itu terasa kembali saat saya berdiri di tengah puluhan ribu manusia pada Konser Dewa 19 All Stars 2.0, Sabtu, 6 September 2025. Di tengah Stadion GBK, hujan deras mengguyur Jakarta, seolah enggan kompromi, kepada 70 ribu penonton yang menolak beranjak. Mereka basah kuyup, tapi api semangat mereka tak padam, mengubah stadion menjadi koor massal terbesar di negeri ini.

Pentolan Dewa 19, Ahmad Dhani saat menyanyikan lagu ciptaannya.

Plato berkata bahwa Musik adalah hukum moral. Ia memberi jiwa pada alam semesta, sayap pada pikiran, terbang pada imajinasi, dan pesona serta kegembiraan untuk hidup. Di atas panggung, Dhani, mendeklarasikan konser malam itu seperti pesan Plato bahwa musik membawa pesan damai setelah Jakarta diamuk demonstrasi. Dan memang, sulit untuk tidak sepakat. Ari Lasso, Ello, dan Virzha yang berbagi panggung dengan dewa-dewa gitar dunia seperti Steve Vai dan Bumblefoot, serta legenda bass Billy Sheehan dan vokalis Extreme, Gary Cherone berhasil menyatukan ribuan orang. Malam itu, musik bukan lagi sekadar hiburan, ia adalah bahasa persatuan yang paling fasih.

Penulis yang hadir di tengah puluhan ribu penonton konser Dewa 19 All Stars.

Kini, sang dirigen Dewa 19 telah berpindah panggung. Dari kamar kos di Surabaya, melintasi panggung-panggung musik termegah negeri, hingga akhirnya mendarat di kursi empuk gedung parlemen di Senayan.

Pertanyaannya kini, apakah Dhani masih percaya seperti saat awal bermusik dulu bahwa musik sebagai alat perjuangannya yang paling murni? Setidaknya untuk mengubah politik di negeri ini.

*Penulis
Oleh Akhmad Dani – Wartawan

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!