DEPOK, MENARA62.COM – Pimpinan Pondok Pesantren As Sa’ada, Bojong Pondok Terong, Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat KH. Mohammad Abdul Mujib mengharapkan sebaiknya tempat ibadah termasuk masjid tidak dijadikan sebagai tempat kampanye politik. Apalagi dalam kampanye tersebut menunjukkan keberpihakan pada salah satu golongan ataupun calon.
“Biarkan masjid digunakan untuk mewadahi seluruh aliran keagamaan,” kata KH Mujib menanggapi maraknya kegiatan kampanye terselubung dengan menggunakan kegiatan keagamaan di masjid-masjid dalam siaran persnya, Rabu (10/4).
Ia yang juga menjabat sebagai Wakil Rois Suriah pengurus cabang Nahdatul Ulama (NU) Depok, sekaligus Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Depok melanjutkan bahwa jika masjid sebagai sarana ibadah lantas dibawa-bawa kepolitik praktis juga akan berimbas kepada kelompok-kelompok aliran tersebut. Karenanya, sebaiknya politik praktis tidak dibawa ke dalam masjid.
Apalagi sekarang ini dengan maraknya ujaran kebencian yang masuk kedalam masjid, orang yang semula datang ke masjid untuk mencari ketenangan, sekarang justru menjadi gelisah dan marah karena provokasi yang masuk kedalam masjid.
BACA JUGA:
- Israel Berulah Lagi, Larang Azan dari Masjid Al Aqsa
- Warga Muhammadiyah Kedepankan Etika Mulia Bermedsos
Namun jikalau masjid digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai kejujuran dan kebangsaan itu tidak apa.
Mewakili kalangan ulama, ia berharap semua pemuka agama (ulama,ustad dan kyai) untuk bersama-sama mengembalikan fungsi masjid sesuai dengan peruntukkannya, yakni fungsi yang asli yang tidak membawa politik praktis karena akan membahayakan fungsi masjid. Jika ada yang menginginkan masjid dijadikan sebagai ajang politik praktis, lebih baik dilaksanakan diluar masjid saja.
“Kita harus mengembalikan fungsi masjid sebagai fungsi tempat ibadah, dakwah dan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ujar KH. Mujib.
Mujib mengakui memang tugas bersama para tokoh masyarakat atau pemuka agama untuk memberikan pencerahan (pemahaman) pada masyarakat. Agama sebaiknya jangan dibawa langsung kedalam ranah politik. Dan masuknya praktek politik praktis menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memberikan pencerahan dari waktu kewaktu.sebab butuh waktu untuk proses tersebut.
“Insyaa Allah kedepan, ketika masyarakat makin terdidik dan terpelajar, akan makin terpahami fungsi agama dan kedudukannya dalam berpolitik,” tutur KH.Mujib.
Ia juga menegaskan bahwa memberikan kesadaran dan pemahaman kepada msyarakat luas harus segera dilaksanakan. Upaya memberi pencerahan dan pemahaman pada masyarakat ini tentunya tidak langsung membuat masyarakat sadar karena butuh proses dan waktu yang sebentar.
Meski muncul kekhawatiran akan adanya gesekan kecil ditengah masyarakat akibat penyalahgunaan fungsi tempat ibadah sebagai ajang kampanye dan masuknya ujaran kebencian serta hoax dilapisan masyarakat, namun secara umum KH. Mujib optimis pemilu kali ini akan berjalan aman dan damai.