SOLO, MENARA62.COM – Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) menjadi tema sentral dalam Kajian Tarjih yang diselenggarakan oleh Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Kajian ini membedah prinsip, syarat, dan parameter KHGT yang telah resmi ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 2025 sebagai hasil keputusan Munas Tarjih ke-32 di Pekalongan.
Kajian tersebut mengundang pembicara utama, Ruswa Darsono, S.T., yang menjelaskan bahwa KHGT bertujuan menciptakan keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia dalam sistem kalender hijriah. Hal ini menjadi penting mengingat selama ini perbedaan awal bulan, seperti Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah, kerap terjadi di berbagai negara karena perbedaan sistem kalender lokal.
“Dengan KHGT, umat Islam dari Selandia Baru hingga Alaska akan memulai tanggal hijriah yang sama secara global, sebagaimana kalender masehi,” ujar Ruswa yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Tengah.
Dalam pemaparannya, Ruswa menekankan bahwa KHGT berlandaskan pendekatan ilmiah falakiyah dan menggunakan kriteria hisab dengan parameter geosentris, dengan elongasi minimal 8 derajat dan ketinggian hilal minimal 5 derajat. Penggunaan hisab dianggap satu-satunya metode yang memungkinkan penyusunan kalender hingga ratusan tahun ke depan.
Ruswa juga menyinggung latar belakang historis KHGT, yang sudah digagas sejak 1939 oleh Syekh Ahmad Muhammad Syakir, lalu dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Muhammad Ilyas, Nidal Qassoum, Muhammad Audah, dan Jamaluddin Abdul Raziq. Adapun model KHGT yang dipakai Muhammadiyah saat ini mengadopsi hasil pertemuan Turki 2016 yang dihadiri 18 negara termasuk Indonesia.
KHGT juga memuat prinsip bahwa satu bulan tidak boleh lebih dari 30 hari dan tidak kurang dari 29 hari. Selain itu, sistem ini tidak memperbolehkan pergantian bulan baru sebelum terjadinya ijtimak atau konjungsi bulan. Dengan KHGT, problem seperti puasa Arafah yang berbeda dengan waktu wukuf di Arafah diharapkan tidak akan terjadi lagi.
Sebagai bentuk implementasi, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah telah meluncurkan software KHGT berbasis Python yang kini masih dalam tahap pengembangan.
“Software ini telah menyusun data hingga 300 tahun ke depan, dan nanti akan tersedia untuk berbagai platform termasuk Android, Windows, serta MacOS,” ungkap Ruswa.
Software tersebut mengintegrasikan data hisab falakiyah yang diperoleh dari mesin ephemeris NASA (Skyfield) versi terbaru dan dilengkapi dengan peta interaktif serta parameter validasi seperti garis bujur, elongasi, dan batas wilayah daratan benua Amerika. Dalam waktu dekat, aplikasi ini akan resmi diluncurkan ke publik.
Menurut Ruswa yang juga menjadi pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) UMS, KHGT bukan hanya soal teknis kalender, tetapi juga bagian dari ikhtiar besar Muhammadiyah untuk mempersatukan umat Islam melalui pendekatan ilmiah dan kesepakatan global. Ia juga mengajak warga Muhammadiyah untuk taat pada keputusan tarjih, meskipun mungkin berbeda dengan pandangan pribadi masing-masing.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa saat ini sudah ada beberapa aplikasi zakat dan kalender ibadah global yang mulai mengadopsi KHGT. Dengan standardisasi ini, kegiatan ibadah seperti puasa Arafah, Idul Fitri, Idul Adha, bahkan zakat, dapat dilakukan serentak secara global.
Kajian Tarjih ini telah terlaksana secara daring melalui platform Zoom pada Selasa (8/9). Kegiatan ini menjadi bagian dari program rutin yang digelar BPSDM UMS untuk meningkatkan literasi keislaman civitas academica, khususnya dalam isu-isu tarjih kontemporer. (*)
