27.3 C
Jakarta

Kita Dipaksa Melek Teknologi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Kita Dipaksa Melek Teknologi. Inilah yang terjadi di abad 21. Semua harus bisa menguasai digital, tidak hanya guru, siswa dan orang tua pun dipaksa untuk memahami teknologi. Mengetahui ilmu pengetahuan saja tidak cukup, akan lebih baik disertai dengan ketrampilan-ketrampilan lainnya untuk mendukung sistem belajar dan mengajar. Hal ini didasari karena keadaan pandemi mengubah kebiasaan lama, menjadi kebiasaan yang baru “new-normal“.

Guru saat ini harus mengubah mindset-nya, dan dipaksa menjadi guru milenial. Suka tidak suka, guru harus memiliki ketrampilan, inisiatif, komunikatif dan terampil dalam mengajar siswa. Mereka juga harus memiliki ketrampilan informasi, literasi informasi media, dan menguasai sistem teknologi informasi

“Situasi pandemi ini, adalah situasi yang sulit untuk kita jalani, tapi mudah-mudahan akan menumbuhkan ketrampilan yang lebih baik lagi kedepannya,” ucap Dr Asep Herry Hermawan, M.Pd, Ahli Pengembangan Kurikulum dan Multimedia, dalam webinar Literasi Digital, yang diikuti melalui aplikasi Zoom dan Youtube, Senin (28/9/2020)

Menurut Asep, kita masih tergopoh-gopoh melaksanakan pembelajaran pada masa pandemi ini, tetapi banyak muncul ketrampilan yang mesti dihargai. Kita dipaksa belajar jarak jauh melalui daring, karena kondisi sedang tidak normal. Pada saat pandemi sudah selesai, akan ada adaptasi yang baru “new normal”, mungkin akan sesuai dengan kurikulum 2013 atau kurikulum baru, baik itu dari penyederhanaan kurikulum yang ada ataupun kurikulum baru yang akan dibuat sesuai dengan keadaan pandemi.

“Tahun 2021 ditandai dengan kondisi normal yang baru,” ujarnya.

Keamanan

Saran dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), manakala pembelajaran akan dilaksanakan saat ini, maka jaminan keamanan harus ada, bukan hanya untuk siswa namun juga untuk para guru dan koperasi disekolah harus dijamin keamanannya. Harus ada proteksi perlindungan keamanan, dan kompensasi yang bisa dilaksanakan dengan baik.

“Pembelajaran di abad 21, orang tua harus menjadi fasilitator, bukan hanya pendukung finansial, tapi tantangan baru untuk orang tua harus menjadi fasilitator untuk anak-anaknya, ini merupakan perkembangan baru dan baik. Kendati kita sudah di fase new normal. Sekolah harus menjadi fasilitator untuk siswa-siswanya, menjadi proteksi bukan hanya untuk siswa, tetapi juga untuk para guru,” pungkas Dr. Asep Herry

Asep mengatakan, ada beberapa sekolah yang sudah terbiasa untuk pelajaran daring, di kabupaten Bandung. Menurutnya, beberapa sekolah itu bahkan sudah melakukan pembelajaran daring sebelum adanya pandemi ini.

“Bahkan beberapa sekolah sudah berlabel pembelajaran daring, jadi sekolah-sekolah sudah terbiasa untuk menggunakan teknologi dalam belajar. Ada juga beberapa sekolah yang semi daring, materi pembelajaran dikirim melalui Short Message Service (SMS),” ujarnya.

Sebenarnya, menurut Asep, belajar itu proses interaksional. “Belajar sebenarnya tidak memerlukan guru, karena faktanya sekarang siswa dapat belajar melalui daring, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa belajar masih memerlukan guru” ungkap Asep.

Namun hal yang terpenting bagi kita, apa yang disebut dengan media pembelajaran itu harus dipahami bersama. Pemahaman itu, tidak boleh menggunakan media hanya untuk alat bantu semata, tetapi media menjadi wahana agar informasi dapat diteruskan kepada penerima pesan, bahwa pesan yang disampaikan adalah seputar pembelajaran.

“Kita tidak mau proses pembelajaran melalui pembelajaran teknologi tinggi, tetapi tidak ada ketrampilan dalam mengajar, itu sangat disayangkan karena membuang-buang uang. Media pembelajaran efektif yang bisa membuat perluasan area of experience siswa dan guru menjadi banyak, ini harus dilatih terus menerus,” tambah Dr. Asep Herry

Hal ini harus terus-menerus dilakukan dan dilatih agar menjadi trampil dalam belajar dan mengajar. Guru-guru harus bisa menyiapkan desain pembelajar yang bisa disalurkan kepada siswa.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!