29.2 C
Jakarta

KKP: Arkeologi Maritim Tidore Kepulauan Berpotensi Menjadi Wisata Bahari

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendiseminasikan hasil riset kajian arkeologi Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang ada di Tidore Kepulauan Maluku Utara.

Plt. Kepala BRSDM, Kusdiantoro, menerangkan bahwa dokumentasi serta diseminasi hasil riset menjadi faktor penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan dan program pemerintah.

“Kami terus berusaha mendiseminasikan hasil riset BRSDM, agar riset yang dihasilkan dapat tersampaikan kepada lembaga terkait maupun stakeholders untuk mendorong percepatan pemanfaatan hasil riset serta bermanfaat dalam membuat rumusan kebijakan, regulasi, atau pengembangan teknologi,” terang Kusdiantoro pada acara temu media, dengan tema “Menguak Warisan Budaya Maritim dan Bawah Air Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara”, di Jakarta, Rabu (29/12).

Kusdiantoro mengatakan BRSDM melalui Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP), Pusat Riset Kelautan (Pusriskel), juga menguak riset arkeologi maritim dengan tujuan untuk pengelolaan wisata bahari berkelanjutan dan penguatan narasi sejarah dan budaya maritim di Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.

“Melalui riset ini, kami harap dapat menjadikan Tidore sebagai lokasi wisata bahari yang tidak hanya mendapat perhatian wisatawan mancanegara tetapi juga wisatawan domestik. Di mana pada tahun 2022, juga akan dilaksanakan lomba fotografi bawah air menguak benda bermuatan sejarah di laut Tidore,” ujarnya.

Kusdiantoro melanjutkan, Kajian Riset Budaya Maritim dan Bawah Air Kota Tidore Kepulauan telah terlaksana sejak 2019, namun di tahun 2020 sempat terhenti karena adanya pandemi Covid-19, kemudian dilanjutkan di 2021. Kajian ini juga terlaksana sebagai tindak lanjut permohonan dari Walikota Tidore, Ali Ibrahim, pada tahun 2018, tentang dukungan riset bagi pengungkapan Sejarah Maritim terkait Ekspedisi Magellan-Elcano untuk mendukung peringatan Sail Tidore 2022, yang juga bertepatan dengan Peringatan 500 Years Circumnavigation of the World oleh Ferdinan Magellan dan Juan Sebastian Elcano.

Kepala Pusriskel, I Nyoman Radiarta, mengungkapkan riset maritim ini juga mengalami berbagai kendala, tak hanya karena pandemi Covid-19, tetapi juga lokasi dan jarak tempuh dari pengambilan data. Namun demikian, tantangan tersebut bukanlah halangan untuk menguak potensi BMKT di kawasan perairan Indonesia.

“Situs BMKT menjadi salah satu prioritas riset BRSDM. Tentunya hasil penelitian ini dapat menjadi scientific-based untuk program prioritas KKP, khususnya dalam mengembangkan kampung-kampung perikanan berbasis kearifan lokal, dalam hal ini kampung wisata bahari. Karena riset arkeologi ini sangatlah komprehensif, melibatkan berbagai aspek keilmuan. Ini juga merupakan salah satu langkah strategis BRSDM untuk memberikan informasi literasi maritim tentang Indonesia,” paparnya.

Sementara itu, Kepala LRSDKP, Nia Naelul Hasanah, menerangkan bahwa penelitian ini terlaksana melalui serangkaian riset; koordinasi dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan; wawancara; scuba diving untuk mencari dan observasi lokasi kapal karam; pengangkatan, pengukuran, dokumentasi, desalinasi sejumlah sampel artefak; survei batimetri untuk memetakan kedalaman dan kontur dasar laut; survei kualitas air; hingga pemetaan spasial situs bawah air dan landmark sejarah maritim. Melalui serangkaian riset tersebut, ditemukanlah dua situs bawah air yakni Situs Soasio dan Situs Tongowai.

“Situs Soasio terletak di Tanjung Soasio, dengan posisi tepat di seberang Benteng Tahula yang merupakan benteng pertahanan Spanyol yang digunakan hingga tahun 1662. Situs ini secara administratif bagian dari Kelurahan Soasio, Kecamatan Tidore. Situs bawah air Soasio berada di kedalaman 15­-20 m. Jarak Situs Soasio sangat dekat dari jalan utama yaitu sekitar 100 m dan para penyelam dapat mengakses situs dengan mudah dengan beach entry dari area Langgar Kota Maalu di bawah Benteng Tahula, melalui giant step diving dari area pemancingan warga, atau menggunakan perahu dari pelabuhan nelayan,” jelas Nia.

Beberapa artefak ditemukan terkubur di dasar laut dan beberapa terletak di permukaan dasar laut yang ditutupi oleh terumbu karang. Temuan sampel artefak keramik dari Soasio berupa fragmen piring dan mangkok keramik biru putih dari Tiongkok dari masa Dinasti Ming, yaitu dari masa pemerintahan Kaisar Wanli (1572-1620), 1 piring utuh bermotif flora fauna diproduksi di Swatouw, Tiongkok Selatan masa Kaisar Wanli, dan 1 jenis keramik dari masa Kaisar Tianqi (1620-1627) bermotif seorang pemusik dengan alat musik tradisional yang biasanya diekspor oleh Tiongkok ke Jepang. Selain itu, terdapat keramik putih polos berbentuk mangkok dan piring.

“Untuk Situs Tongowai, terletak di Kelurahan Tongowai, Kecamatan Tidore Selatan. Situs Tongowai terletak di kedalaman 30-42 m dengan visibility jernih 10-25 m. Temuan artefak berupa sebuah meriam dan sejumlah fragmen guci gerabah. Meriam besi yang tampak utuh ditemukan di kedalaman 37-42 m. Meriam saat ini terkubur lebih dari setengah ukurannya dalam posisi miring sekitar 6o° dengan mulut meriam menghadap ke timur. Beberapa bagian meriam telah tertutup sedimen. Situs Tongowai sangat mudah diakses oleh penyelam dan dapat diakses dengan menggunakan perahu maupun langsung dengan beach entry dari belakang perumahan penduduk di Kelurahan Tongowai,” terang Nia.

Melalui temuan situs peninggalan bawah laut di Soasio dan Tongowai serta keberadaan beberapa landmark bersejarah di Tidore, serta situs pendaratan kapal Trinidad dan Victoria yang merupakan 2 dari 5 armada kapal Spanyol yang dipimpin Ferdinan Magellan dan Juan Sebastian Elcano dalam Ekspedisi Menjelajahi Bumi yang Pertama di Pantai Rum, semakin membuktikan secara fisik, bahwa Kota Tidore berperan penting sebagai Kosmopolis Rempah Nusantara dan titik sentral dalam jaringan pelayaran dan perdagangan internasional di Jalur Rempah dan Jalur Sutra Laut yang menghubungkan dunia timur dan barat yang berkontribusi besar bagi sejarah maritim Indonesia dan dunia.

Seperti diketahui, dalam sejarah maritim dunia, Indonesia dan pulau­-pulaunya memainkan peran ekonomi yang signifikan karena posisinya yang strategis di ‘Jalur Rempah dan Sutra Laut’. Salah satunya yakni Kepulauan Maluku, yang menjadi incaran para pemburu ‘Holy Grail’ rempah eksotik, langka, dan bernilai sangat tinggi di pasar dunia, para penjelajah dan petualang, serta saudagar Renaisans Eropa.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan penguatan riset merupakan salah satu modal penting dalam memajukan sektor kelautan dan perikanan Indonesia. Terlebih pengelolaan sektor kelautan dan perikanan kini mengedepankan prinsip ekonomi biru.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!