29.2 C
Jakarta

Kolaborasi Jadi Kunci Sukses PTM Terbatas

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Kolaborasi antarpemangku kepentingan jadi kunci sukses penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Kolaborasi tersebut melibatkan guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah, serta orangtua.

“Jadi dalam SKB Empat Menteri sudah tertuang bahwa kalau menginginkan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, ada daftar periksa dan protokol yang harus dipenuhi, karena keselamatan warga sekolah menjadi prioritas utama,” disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nunuk Suryani dalam siaran persnya, Jumat (18/6/2021).

Ia meminta guru untuk berulang membaca panduan dan mempelajarinya dengan cermat semua aturan yang ada.  “Coba kita cermati lagi, banyak contoh praktik baik guru-guru yang sudah PTM terbatas dan berhasil,” imbuhnya.

Setditjen GTK juga mengajak para guru untuk mengikuti berbagai pelatihan yang disediakan oleh Kemendikbudristek melalui laman  ayogurubelajar.kemdikbud.go.id. “Sudah ada 13 juta guru yang sudah mengakses, ini data kami. Dan saat ini sudah seri ke-7. Ada seri AKM, Seri Belajar Mandiri, Seri Kecakapan Hidup, Seri Belajar Masa Pandemi, Seri Pendidikan Inklusif, Seri PAUD, Seri Kemampuan Nonteknis atau soft skill dan adaptasi teknologi. Bapak/ibu guru bisa ikut pelatihan ini gratis,” ajaknya.

Sementara itu, Kasubdit Kurikulum dan Evaluasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama (Kemenag), Ahmad Hidayatullah menjelaskan bahwa terdapat tiga hal yang bisa dilakukan oleh para guru dalam melakukan pembelajaran yang baik di masa pandemi ini. “Pertama, kita berharap para guru tetap terbuka untuk terus berinovasi dan berkreasi untuk memunculkan berbagai macam ide pelayanan, teknik pembelajaran yang efektif untuk peserta didik kita,” ungkapnya.

“Kita ingin membuktikan jati diri seorang guru untuk memberikan pelayanan pembelajaran kepada anak bangsa dan insyaallah dengan kreasi yang senantiasa kita gali, kita akan menemukan praktik-praktik baik yang bisa dilakukan dalam pembelajaran berdiri sendiri maupun dibagi kepada guru yang lain,” imbuh Ahmad.

Kedua, untuk guru-guru di madrasah, Ahmad mempersilakan memanfaatkan pembelajaran elektronik (e-learning) madrasah yang sudah disiapkan oleh Kemenag. Pada aplikasi dapat ditemukan berbagai menu yang bisa dimanfaatkan. “Guru-guru bisa membangun kelas diskusi dan membuat kelompok-kelompok kecil. Selain itu juga di madrasah sudah diberikan ruang aplikasi platform yang memungkinkan guru-guru tetap bisa berkreasi, berinovasi untuk memberikan pembelajaran,” ujarnya.

Ketiga, di dalam PTM, guru-guru diharapkan tetap memperhatikan bahwa pembelajaran di masa pandemi ini adalah menjamin hak belajar anak-anak. Hak belajar peserta didik jelas Ahmad, penerjemahannya harus ke arah yang paling esensial. “Dengan membuka ruang kepada anak-anak untuk menjadikan proses pembelajaran bukan semata-mata transfer pengetahuan dan menghabiskan materi, tetapi lebih menekankan pada membangun proses berpikir, proses bersikap, proses bertindak untuk bisa berkembang,” kata Ahmad.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI), Danang Hidayatullah mengungkapkan bahwa dalam mempersiapkan PTM terbatas, teman-teman IGI membantu rekan sesama guru untuk dapat mengubah pola pikir guru selama ini, yaitu bisa beradaptasi melakukan pembelajaran daring dan luring dengan baik karena perkembangan digital ini tidak bisa dihindari.

Penguasaan teknologi digital menjadi salah satu fokus dari pengurus IGI dalam rangka meningkatkan kompetensi guru. Pihaknya mendukung program-program Kemendikbudristek, termasuk bagaimana membantu para guru agar bisa mempelajari hal mendasar terkait penggunaan platform pembelajaran. Keikutsertaan para guru dalam program Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak juga telah memotivasi dan menginspirasi sesama guru.

“Ini pergerakannya cukup masif, para guru menerima tawaran program dari Kemendikbudristek yang kita kolaborasikan dengan program kita di IGI untuk mendukung peningkatan kompetensi guru,” ungkap Danang.

Danang optimistis bahwa guru bisa menginspirasi guru lain maupun peserta didik untuk mempelajari berbagai platform digital yang menunjang pembelajaran. Saat ini, hampir bisa pastikan bahwa di grup-grup media sosial guru, seperti di WhatsApp dan Telegram menjadi program pelatihan kekinian yang marak digunakan. “Ini adalah salah satu bentuk komitmen bahwa guru ingin maju dan ingin beradaptasi dengan perubahan dan terus berinovasi, tetapi tidak lari dari budaya yang kita miliki sesuai dengan moto kita untuk selalu berbagi dan tumbuh bersama,” pungkas Danang.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!