JAKARTA, MENARA62.COM – Upaya Pemerintah dalam menurunkan angka buta aksara melalui berbagai strategi dan program telah memperoleh hasil yang membanggakan. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) BPS tahun 2019, jumlah penduduk buta aksara telah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Persentase buta aksara tahun 2011 sebanyak 4,63 persen, dan pada tahun 2019 turun menjadi 1,78 persen.
“Artinya, angka buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya seiring dengan terlaksananya berbagai strategi yang inovatif dan menjawab kebutuhan belajar masyarakat,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, Jumeri, dalam Bincang Pendidikan dan Kebudayaan Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) tahun 2020 yang berlangsung secara virtual, Jumat (4/9/2020).
Sebagai pengingat akan komitmen penuntasan buta aksara, maka UNESCO menetapkan tanggal 8 September sebagai Hari Aksara Internasional (HAI). Tahun ini adalah peringatan HAI ke-55 yang diselenggarakan setiap tahun. Tema yang diusung oleh UNESCO adalah “Literacy Teaching and Learning in The COVID-19 Crisis and Beyond with a Particular Focus on The Role of Educators and Changing Pedagogies”.
“Mengacu tema tersebut, Kemendikbud menetapkan tema “Pembelajaran Literasi di Masa Pandemi COVID-19, Momentum Perubahan Paradigma Pendidikan,” kata Jumeri.
Strategi penuntasan buta aksara beberapa tahun terakhir difokuskan pada daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T) karena daerah tersebut sulit dijangkau terutama di masa pandemi. Jumeri berharap, masa krisis ini menjadi momentum bagi seluruh pihak untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap peningkatan literasi.
“Daerah 3T adalah bagian dari NKRI yang harus diperjuangkan, kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk menyukseskan pemberantasan buta aksara di Indonesia,” imbuhnya.
Senada dengan itu, Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbud, Samto mengingatkan bahwa penuntasan buta aksara adalah amanah pendidikan yang harus terus diperjuangkan, terlebih di masa krisis akibat pandemi COVID-19.
“Marilah kita sejenak memikirkan saudara-saudara kita yang tertinggal, kita berikan mereka kesempatan untuk mengakses informasi. Berikan mereka peluang untuk berkembang,” ucap Samto.
Peringatan HAI tahun ini diselenggarakan secara webinar dan disiarkan secara langsung melalui sosial media Kemendikbud, TV Edukasi. Dalam Webinar HAI tanggal 8 September ini akan dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, UNESCO, dan para pelaku pendidikan keaksaraan dan literasi masyarakat.
Tema HAI tahun ini, menurutnya memberikan kita pelajaran untuk lebih peduli dan banyak berbenah memperbaiki strategi pembelajaran, termasuk literasi.
“Kita mencoba mengubah sistem pengembangan pendidikan untuk menyadarkan masyarakat pentingnya literasi sejak dini agar kesetaraan akses pendidikan semakin terjangkau,” lanjut Samto.
Serangkaian kegiatan HAI tahun ini telah disiapkan antara lain kegiatan Serambi Literasi yang dilaksanakan dalam 10 sesi hari Jumat sore dan malam secara virtual mendiskusikan tentang pengembangan literasi masyarakat di masa pandemi. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 24 Juli-28 Agustus 2020.
Selain itu, Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus juga mengadakan Pekan Perayaan Literasi dengan mengusung tema ”Pembelajaran Literasi di Masa Covid-19, Momentum Perubahan Paradigma Pendidikan.” Kegiatan ini diselenggarakan dalam bentuk pameran foto dan video literasi, diskusi literasi virtual, workshop pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat; dan webinar literasi yang diselenggarakan pada tanggal 1-7 September 2020.
Pada puncak peringatan HAI akan diberikan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah berkonstribusi dalam bidang keaksaraan, antara lain: 1). Anugerah Aksara bagi pemerintah kabupaten/kota yang akan diberikan kepada tiga pemerintah daerah, 2). Penghargaan Penggiat Keaksaraan Tokoh Masyarakat/Pengelola/Tutor untuk 9 orang pegiat terbaik, 3). Penghargaan TBM Kreatif/Rekreatif yang akan diberikan kepada delapan lembaga terbaik, 4). Penghargaan Keberaksaraan bagi Tokoh Adat untuk 6 orang tokoh.
Selanjutnya, 5). Penghargaan Publikasi Video Keaksaraan untuk enam orang terpilih, 6). Penghargaan Publikasi Keaksaraan di Media Cetak untuk empat orang, 7). Penghargaan Foto Literasi Keaksaraan bagi tiga foto terbaik, 8). Penghargaan Video Keaksaraan untuk 3 video terpilih, serta 9). Apresiasi Menulis Praktik Baik Literasi untuk enam praktik terbaik. Adapun total penerima penghargaan mencapai 48 orang/lembaga.
“Sebagai bentuk apresiasi Kemendikbud terhadap para pegiat aksara, kami memberikan penghargaan agar semakin banyak orang maupun lembaga yang terinspirasi untuk berkontribusi dalam pemberantasan buta aksara di Indonesia. Kami ucapkan selamat kepada para pemenang apresiasi, seraya kami titipkan pesan teruslah berkarya untuk mencerdaskan anak bangsa,” pungkas Jumeri.