JAKARTA, MENARA62.COM – Kerjasama Indonesia-Belanda di bidang pendidikan dan penelitian harus melibatkan industri dan masyarakat. Persoalan tersebut dibahas oleh sejumlah panelis dalam sesi terakhir konferensi Week of Indonesia Netherlands Education and Research (WINNER) 2021, Kamis (28/10/2021). Ide-ide yang diajukan para panelis diantaranya adalah kolaborasi dengan pihak swasta dan program beasiswa tematis.
Pekan lalu, WINNER banyak menyuguhkan sesi menarik dengan topik mulai dari pengendalian tuberkulosis hingga pariwisata berkelanjutan. Dan pada hari terakhir konferensi WINNER (28/10) menawarkan gambaran yang lebih luas tentang kolaborasi pendidikan dan riset antara Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pencapaian dan mengeksplorasi arah kemitraan di masa depan, menghubungkannya dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Dalam konferensi yang melibatkan akademisi dari dua negara tersebut, terlihat jelas bagaimana ambisi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Indonesia untuk mengantarkan lembaga pendidikan di Indonesia masuk dalam 500 besar dunia. Aris Junaidi, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi mengatakan, Indonesia menargetkan 3 atau 4 perguruan tinggi masuk dalam 500 besar dunia setiap tahunnya. Dengan 9 juta mahasiswa, skala pendidikan tinggi di Indonesia cukup berbeda dengan Belanda yang mencatat 800.000 mahasiswa.
Namun, Aris Junaidi melihat banyak peluang kerja sama bilateral bagi 5.600 perguruan tinggi di Indonesia. “Internasionalisasi salah satu prioritas kami. Selain itu, kesempatan belajar yang fleksibel seperti yang dirumuskan dalam ‘Kampus Merdeka’ juga dapat mencakup pertukaran internasional,” kata Aris Junaidi.
Pada kesempatan yang sama, Gerbert Kunst, Direktur Kebijakan Internasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan, Belanda menggarisbawahi peran strategis diplomasi pengetahuan. “Kerja sama dengan Indonesia sangat dihargai di Belanda, baru-baru ini ditegaskan kembali oleh Parlemen Belanda”, kata Kunst.
Ia juga menekankan pentingnya membangun hubungan kuat yang sudah ada.” ‘Model triple helix’ yakni interaksi antara akademisi, industri, dan pemerintah menurut Kunst menawarkan arahan untuk kerja sama di masa depan.
“Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah tentang melibatkan masyarakat. Belajar dari praktik terbaik dan berbagi dampak penelitian melalui publikasi akses terbuka sangat penting dalam mencapai SDGs,” tegasnya.
Dorong pertukaran pelajar
Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman internasional, siswa bergerak ke mana-mana. Setiap tahun sekitar 2.400 pelajar Indonesia datang ke Belanda; sebaliknya tidak banyak mahasiswa Belanda yang mengambil kesempatan mereka di Indonesia. Oleh karena itu, Titia Bredée, Direktur Jenderal Nuffic, organisasi Belanda untuk internasionalisasi pendidikan di Den Haag menggarisbawahi bahwa negara-negara harus terus berinvestasi dalam infrastruktur pengetahuan untuk kerjasama jangka panjang.
“Kita harus berusaha menghilangkan hambatan bagi mahasiswa Belanda untuk belajar di Indonesia,” katanya.
Dalam sesi tersebut, Titia Bredée juga ingin menjajaki gagasan untuk menjalin kerjasama beasiswa PhD bagi kedua negara.
Kolaborasi gelar dan penulisan bersama Perguruan tinggi juga turut ambil bagian dalam konferensi WINNER, pentingnya menjaga dan memperkuat hubungan persahabatan dan kerjasama dengan Belanda kembali ditekankan oleh Prof. Al Makin, Rektor UIN Sunan Kalijaga. Secara khusus Al Makin ingin mencapai kerjasama gelar antara UIN Sunan Kalijaga dan rekan-rekan Belanda dan meningkatkan jumlah artikel yang ditulis bersama.
“Kita juga bisa menjajaki penggabungan dana kita, mencapai kolaborasi antara peneliti Indonesia dan Belanda yang sama-sama membawa dana sendiri,” ujarnya.
Prof. Tom Veldkamp, Rektor University of Twente menjelaskan sifat kolaborasi di masa depan. “Terlepas dari pertukaran pelajar yang jelas, kita harus memikirkan program beasiswa bersama, lebih disukai pada isu-isu tematik. Mahasiswa PhD sering bekerja sangat terisolasi, sangat penting bagi kami untuk menciptakan struktur di mana para kandidat PhD ini dapat bekerja sama.”
Veldkamp juga menggarisbawahi pentingnya kemitraan publik-swasta. Ketika industri terlibat dalam program penelitian, itu menjamin dampak yang lebih luas pada masyarakat. “Kita seharusnya tidak hanya bertujuan untuk kolaborasi internasional, tetapi juga kolaborasi publik swasta,” tutpnya.