26.4 C
Jakarta

Kowani akan Terus Berjuang Kembalikan Makna Hari Ibu

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Peringatan Hari Ibu Ke-92 Tahun 2020 dijadikan momen bagi Kongres Wanita Indonesia (Kowani) untuk mengembalikan makna Hari Ibu sesuai dengan sejarah pergerakan perempuan Indonesia. Yakni sejarah bagaimana perempuan Indonesia yang kemudian berkumpul dalam federasi organisasi Kowani, ikut terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

“Sekarang banyak orang memaknai Hari Ibu sebagai mother’s day. Padahal ini memiliki makna yang berbeda,” kata Ketua Umum Kowani Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo M.Pd pada keterangan pers Peringatan Hari Ibu ke-92 yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (22/12/2020).

Menurutnya sejarah lahirnya Hari Ibu adalah bagaimana zaman dahulu kaum perempuan bersuara lantang untuk memperjuangan nasib perempuan. Mulai dari rendahnya pendidikan, tingginya angka buta huruf, perkawinan yang menindas, penghapusan perkawinan usia anak, dan lainnya. Mereka menggalang persatuan untuk bersama-sama menyelesaikan persoalan yang dihadapi kaum perempuan Indonesia. Dan perjuangan kaum perempuan tersebut terus berlangsung hingga kini tentunya dengan problema yang berbeda.

Heryana Hutabarat

Tetapi sayangnya, banyak masyarakat yang memaknai Hari Ibu sebagai hari dimana seorang anak mengucapkan terimakasih kepada ibu, menyampaikan rasa sayang kepada ibu dengan setangkai bunga atau hadiah lain.

“Kasih sayang, hormat dan tentu terimakasih kepada ibu, tidak cukup kita sampaikan dalam sehari,” lanjut Giwo.

Menurut Giwo, Hari Ibu di Indonesia memiliki perjalanan panjang, dimulai dari Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tanggal 22 Desember 1928 yang melahirkan organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perkumpuan Perempoean Indonesia (PPPI). Tujuannya adalah meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju, disamping tugasnya bahu membahu dengan kaum pria untuk membela negara dan bangsa. Pada saat itu sudah kesetaraan, karena perempuan turut memanggul senjata.

Perjuangan berlanjut pada diadakannya Kongres Perempoean Indonesia ke II di Jakarta.Pada tahun 1935, pada Kongres tersebut disamping berhasil membentuk badan kongres perempoean Indonesia, juga menetapkan fungsi utama perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa yang berkewajiban menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar akan kebangsaannya.

Dan kemudian  pada tahun 1938, Kongres Perempoean Indonesia ke III dilaksanakan di Bandung, dan dalam kongres tersebut lahir usulan agar peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 22 Desember 1928 dijadikan tonggak sejarah bagi kesatuan pergerakan perempuan Indonesia dan dijadikan sebagai Hari Ibu. Tapi  usulan  tersebut baru dikukuhkan 21 tahun kemudian melalui Keputusan presiden Nomor 316 tahun 1959 yang menetapkan Hari Ibu tanggal 22 Desember sebagai Hari Nasional yang bukan Hari Libur.

“Hari  tersebut merupakan pengakuan dan penghargaan atas jasa-jasa perempuan bukan hanya sebagai seorang ibu, tetapi juga jasa perempuan secara menyeluruh, baik sebagai ibu, isteri maupun warga negara, warga masyarakat dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai pejuang, dalam merebut, menegakkan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional,” lanjut Giwo.

Sampai sekarang semangat Perjuangan tersebut masih dilaksanakan dengan semboyan “Merdeka Melaksanakan Dharma” yang mengandung arti bahwa persamaan hak, kewajiban dan kesempatan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki merupakan kemitrasejajaran yang perlu diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi keutuhan, kemajuan dan kedamaian bagi bangsa Indonesia. Perempuan bukan hanya penerima dan penikmat kemerdekaan tetapi memiliki peran penting dan peran yang diperhitungkan

Pergerakan yang dilakukan perempuan Indonesia lanjut Giwo telah menghasilkan kesempatan yang sama dengan pria sehingga mewujudkan kemitra sejajaran untuk pembangunan bangsa tidak meninggalkan budaya Indonesia. Yakni bahwa perempuan sebagai ibu berperan menjadi guru pertama dan utama serta garda utama sebuah keluarga, perempuan menjadi kunci ketahanan untuk Indonesia maju melalui perannya dalam keluarga, dan perempuan menjadi penentu keberhasilan bangsa.

Giwo ingin implementasi dari Hari Ibu saat ini adalah perempuan tetap pada peran dan kodratnya terus mendukung mewujudkan pribadi perempuan Indonesia yang maju dan mandiri, berbudi pekerti luhur dalam mengisi kemerdekaan, menolong perempuan-perempuan yang tidak mampu, meningkatkan pendidikan perempuan melalui penguatan aksara budaya tulis, kecakapan hidup kewirausahaan perempuan, penghapusan perdagangan perempuan, penghapusan perkawinan anak dan masih banyak lagi masalah perempuan yang ada di masyarakat.

Dalam rangka Hari Ibu Ke-92 Tahun 2020 Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menyelenggarakan kegiatan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Gebyar Kebudayaan Kowani Fair Online. Kegiatan tersebut dimulai tanggal 23 Nopember 2020 – 23 Desember 2020 dengan kegiatan antara lain membantu membangkitkan ekonomi UMKM khususnya binaan Kowani dengan menyelenggarakan Kowani Fair Online kerjasama dengan TokoPedia yang diikuti oleh UMKM termasuk UMKM umum,  Gerakan Pakai Masker yaitu mengkampanyekan protokol kesehatan cuci tangan, jaga jarak dan pakai masker untuk mengurangi laju pernularan Covid-19 di Indonesia.

Uli Silalahi

Lalu Kowani juga menyelengarakan beberapa Webinar dengan beberapa topik yang membangkitkan semangat kesatuan dan persatuan bangsa serta menyelenggarakan berbagai Workshop yang membangkitkan semangat cinta dan bangga produk buatan Indonesia.

Kegiatan lain diantaranya menyelenggarakan kegiatan Diskusi Publik Penguatan Hak-Hak Perempuan penyandang disabilitas dan donasi alat bantu dengar, mendorong Pemerintah/Pemda, Ormas dan Elemen masyarakat lainnya untuk peduli kepada disabilitas, mengkampanyekan pentingnya minum jamu untuk menjaga kesehatan dan melestarikan budaya Indonesia.

Kowani bahkan akan mengajukan permohonan kepada Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Sekretaris Negara agar Pemerintah Indonesia menetapkan Hari Jamu Indonesia untuk memberi peluang Jamu bisa menjadi Warisan Budaya yang diakui oleh The United Nations Educational, Scientific and Culture Organization (UNESCO).

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!