SOLO, MENARA62.COM – Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) berupaya menguatkan kembali ideologi Pancasila dalam kesadaran berbangsa dan bernegara, melalui jalan kultural dan pedagogis. Hal ini diwujudkan melalui pendalaman konsep Pancasila dalam tiga dimensi, yaitu pengetahuan, keyakinan dan penghayatan, serta praktik hidup.
Ketiga dimensi ini oleh PSBPS UMS dituangkan dalam program dengan tajuk “Revitalisasi, Institusionalisasi, dan Standardisasi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Indonesia” (RISP3TI).
Direktur Eksekutif PSBPS UMS Dra. Yayah Khisbiyah, M.A., menyampaikan upaya dari pelaksanaan program RISP3TI dilatarbelakangi pandangan mahasiswa terhadap Pancasila. Meskipun Pancasila diakui sebagai falsafah dan pondasi keindonesiaan, penerapannya belum menjadi kebiasaan yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari.
“Sikap dan perilaku publik, serta kebijakan kelembagaan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila belum terintegrasi secara sistemik lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi keagamaan. Kondisi ini juga terjadi pada generasi muda yang sering disebut sebagai milenial, termasuk mahasiswa. Akibatnya, sebagian mahasiswa mencari arah atau pandangan alternatif di luar kerangka Pancasila,” ungkapnya pada Jumat (26/4).
Menindaklanjuti hal tersebut, pada tahun 2024 ini, PSBPS UMS memperluas jangkauan geografis Pelatihan Nasional RISP3TI, dari target awal 24 mitra perguruan tinggi swasta dan negeri di Jawa pada 2023, menjadi 50 universitas dari berbagai penjuru Indonesia.
Penyelenggaraan pelatihan ini dilakukan di 6 hub wilayah: DKI Jakarta dan sekitarnya, Kalimantan, Sumatera, Jawa Timur dan Indonesia Timur, Jawa Tengah, dan Papua. Pelatihan pertama diadakan pada tanggal 23-25 April 2024 untuk daerah hub Jawa Barat dan Jakarta di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dalam pelatihan tersebut, Direktur Eksekutif PSBPS UMS juga menyampaikan perihal revitalisasi dari Pendidikan Pancasila.
“Memilih revitalisasi dan institusionalisasi Pendidikan Pancasila di lingkungan universitas sebagai strategi transformasi sosial berjangka panjang dan berkesinambungan. PSBPS UMS beserta mitra-mitra kolaborasi berusaha memastikan bahwa materi pembelajaran Pendidikan Pancasila yang disampaikan dalam program ini relevan dengan perkembangan sosial-politik mutakhir, berpendekatan inklusif dan inovatif,” terang Yayah.
Dia meneruskan, di tengah kemunduran demokrasi, menurunnya keteladanan kepemimpinan nasional, dan berbagai pelanggaran terhadap asas Pancasila, program ini diharapkan membentuk pola pikir kritis-konstruktif mahasiswa, agar memahami, meyakini, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila yang oleh persyarikatan Muhammadiyah dijunjung sebagai darul ‘ahdi wal syahadah.
Tujuan akhir dari program ini adalah perubahan sosial positif dalam memperbaiki tata kelola negara dan mendorong pembangunan bangsa yang damai-inklusif, berkeadilan dan berkeadaban.
Kemudian, Prof. Ma’mun Murod, Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, dalam sambutannya menyoroti pentingnya memahami Pancasila sebagai falsafah tengahan yang bersifat wasathiyah, bukan ekstrem.
Dia menerangkan, Pancasila adalah hasil dialektika antara berbagai perspektif tentang dasar negara, menciptakan sintesis yang sejalan dengan nilai-nilai fundamental dalam Islam dan Pancasila adalah sintesis yang memperhitungkan berbagai perspektif dan nilai, diharapkan generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang membawa Indonesia menuju arah yang lebih baik.
Dr. Mohammad Thoyibi, mewakili Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan (LBIPU UMS) dalam pelatihan itu memaparkan tentang temuan hasil survey bahwa materi pembelajaran Pendidikan Pancasila dipersepsikan kurang kontekstual, metode pembelajarannya membosankan, dan capaian pembelajaran pada ranah afektif dan perilaku masih terbatas. (*)