Oleh: Devi Virhana)*
Saban hari, siaran media bercerita tentang jiwa-jiwa yang pergi seketika
Kemarin masih ceria, hari ini telah terpisah raga dan nyawa
Mereka pergi begitu saja tanpa rencana, diboyong sekelompok jiwa berbaju pelindung seperti baja
Oh, kini semakin terasa cepat jiwa kembali kepada-Nya
Tidakkah engkau melihat?
Dulu, orang-orang berbondong mempercantik ruang terakhir diri
Dihiasi keramik berwarna-warni, dihantar sanak dan famili
Kini, deretan liang lahat hanya dihiasi sehelai papan sebagai tanda pengenal diri
Terbatas dilihat, dan dikunjungi
Sampai kapan manusia dijajah oleh mikroba bernama corona?
Makhluk kecil yang tak terjamah oleh mata, seluruh sendi kehidupan dibuat lumpuh olehnya
Ya Rabbi, Tuhan semesta alam, penguasa mega dan buana
Dengarlah tangisan insan yang rindu kebebasan menghirup udara
Temu sapa mengukir canda dan tawa
Dalam kebersamaan yang penuh harap dan doa,
negeri ini kembali merdeka dari perang tak berdarah melawan wabah
)* Penulis:
Devi Virhana lahir di Lubuk Sikaping, 1 November 1993. Ia merupakan alumnus IAIN Imam Bonjol Padang pada tahun 2016 silam. Saat ini, penulis bekerja sebagai staf Hubungan Masyarakat di salah satu instansi pemerintah di Jakarta