JAKARTA, MENARA62.COM–Pasar produk fesyen Muslim Indonesia terbilang sangat potensial dan masih memiliki ruang untuk digarap dengan maksimal dan terencana. Oleh karena itu, KUMKM penghasil produk fesyen harus mampu memanfaatkan peluang tersebut secara cerdas. Caranya, dengan memperhatikan kualitas dan desain produk, penggunaan bahan baku alami, dan memahami isu-isu lingkungan yang saat ini sedang menjadi perhatian dunia. Hal itu dikatakan Sekretaris Kementrian Koperasi dan UKM Agus Muharram, usai acara konferensi pers Muslim Fashion Festival (MUFFEST) Indonesia 2017, di Jakarta, Kamis (30/3).
MUFFEST Indonesia 2017 akan diselenggarakan pada 6-9 April 2017 di Jakarta Covention Center (JCC), hasil kerja sama antara Indonesian Fashion Chamber (IFC) dengan PT Dyandra Promosindo. Tahun ini, Kemenkop UKM kembali berpartisipasi pada acara itu dengan memberikan fasilitasi stan sebanyak 15 unit yang diperuntukkan bagi 15 KUKM di bidang fesyen Muslim. “Tahun 2016, dengan 10 stan KUKM berhasil menghasilkan transaksi ritel sebesar Rp115,5 juta,” ungkap Agus.
Menurut Agus, acara tersebut merupakan wadah yang tepat dan terintegrasi bagi pelaku usaha di bidang fesyen Muslim dari skala kecil hingga menengah dalam mengembangkan usahanya. “Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi etalase industri mode Muslim Indonesia di dunia internasional,” tandas Agus.
Agus menambahkan, busana Muslim merupakan komoditi paling potensial untuk memasuki pasar internasional, mengingat tak banyak pemain dari negara lain. “Dengan begitu, Indonesia punya potensi besar sebagai trendsetter atau acuan bagi industri fesyen Muslim secara global,” imbuh Agus. Mengacu pada kondisi itu, Indonesia pun dicanangkan sebagai pusat fesyen Muslim Asia 2018 dan pusat fesyen Muslim dunia pada tahun 2020.
Apalagi, lanjut Agus, dunia fesyen Indonesia saat ini mencerminkan gaya hidup masyarakatnya yang sudah sangat moderen, mampu mengikuti tren yang ada, dan sangat fashionable. “Dandanan, gaya dan busana yang digunakan menggambarkan bahwa Indonesia adalah negara Muslim. Wajar karena penduduk yang menganut agama Islam di Indonesia sangat besar, sekitar 12,7% dari total Muslim dunia,” jelas Agus lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Project Director MUFFEST 2017 Deden Siswanto mengatakan, sebagai event yang ditargetkan menjadi barometer fesyen Muslim global, MUFFEST Indonesia mengarahkan pada kompetensi produk fesyen Muslim Indonesia agar dapat bersaing di pasar dunia. “Sekaligus memasarkan keunggulan fesyen Muslim Indonesia melalui ready to wear craft fashion dengan mengoptimalkan kekayaan budaya lokal yang mengacu pada Indonesia Trend Forecasting,” kata Deden.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor fesyen pada 2015 mencapai US$12,1 miliar. Kontribusi industri fesyen terhadap PDB nasional sebesar 1,21%. Sebagai sektor padat karya, industri fesyen mampu menyerap tenaga kerja sebanyak dua juta orang atau 14,7% dari total tenaga kerja pada sektor industri. Sedangkan berdasarkan data Organisasi Konferensi Islam (OKI), saat ini ekspor fesyen Muslim Indonesia berada di peringkat ketiga dengan nilai US$7,18 miliar, setelah Bangladesh (US$22 miliar) dan Turki (US$14 miliar).