YOGYAKARTA, MENARA62.COM– Sampaikan perkembangkan Islam di Jepang, Sekjen Shizuoka Muslim Association (SMA) Miwa Essaadi Takagi kunjungi kota Yogyakarta. Dalam kunjungannya tersebut Miwa san dijadwalkan mengunjungi Nasyiatul Aisyiyah, organisasi dibawah PP Muhammadiyah setelah sebelumnya menjadi pembicara kunci di hadapan 100 mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dalam acara Understanding Islamic Youth Activism in Indonesia & Japan, Sabtu (15/12).
Dalam perbincangan santai dengan Menara62.com di Hotel Prime Plaza, Miwa san bercerita panjang lebar tentang bagaimana Islam berkembang pesat di Jepang.
“Penerimaan masyarakat Jepang terhadap muslim semakin baik. Mereka para orangtua dan anak-anak mulai belajar tentang apa itu Islam dan membiarkan terus berkembang,” kata Miwa san.
Diakui berkembangnya Islam di Jepang terutama di kota Shizuoka tidak terlepas dari peran muslim asal Indonesia dan sejumlah negara Islam lainnya. Melalui tugas belajar (kuliah), para mahasiswa muslim mencoba mengenalkan islam yang sesungguhnya kepada penduduk Jepang.
“Alhamdulillah, jumlah penganut Islam, orang-orang Jepang yang memutuskan menerima dan mengamalkan ajaran Islam terus bertambah,” lanjut Miwa san.
Menurut Miwa san, masyarakat Jepang tidak memiliki fondasi yang kuat dengan agama apapun. Karena itu ketika islam hadir, sikap masyarakat sangat terbuka.
Miwa san mengatakan hadirnya Islam di tengah masyarakat Jepang ibarat obat dikala banyak penduduk Jepang yang bunuh diri. Islam hadir membawa konsep kehidupan yang bahagia, happy life, dimana itu tidak ditemukan pada budaya Jepang.
Dalam kunjungan yang berlangsung Sabtu – Minggu (15-16 Desember) tersebut, Miwa san sekaligus meminta dukungan atau support dari muslim Indonesia terkait rencana mendirikan masjid dan pusat pendidikan Islam di kota Shizuoka. Islamic center yang dibangun satu komplek dengan masjid nantinya akan menjadi pusat peradaban Islam di Jepang.
Di masjid tersebut, muslim Jepang tidak hanya berkumpul untuk membudayakan shalat berjamaah dan shalat Jumat. Masjid juga akan dijadikan sebagai pusat informasi dan konsultasi tentang Islam. Dimana sebagian masyarakat Jepang sudah terpengaruh dengan propaganda media barat yang menyatakan islam adalah agama teroris.
Selain itu di masjid ini juga akan dibangun restoran halal dan penginapan bagi wisatawan yang datang ke kota Shizuoka untuk belajar tentang Jepang.
“Ada kajian Islam, ada kajian makanan halal, ada juga pendidikan Iqro bagi anak-anak dan pemula,” jelas Miwa san.
Muallaf di AS
Miwa san lahir dan dibesarkan di Kota Shizuoka Jepang. Setelah menamatkan pendidikannya dari TK hingga SMA di Jepang, ia melanjutkan program sarjana dan magisternya di Portland State University Amerika Serikat, dengan mengambil jurusan Magister Administrasi Publik.
Bersahabat dengan banyak muslim dari berbagai negara, rupanya membuat Miwa san tertarik pada Islam. Lalu dalam berbagai kesempatan ia bertukar pikiran dan sedikit demi sedikit mempelajari Islam.
Puncaknya ketika ia berteman dengan mahasiswi asal Mesir. Dimata Miwa san, perempuan muslimah yang sehari-harinya mengenakan jilbab tersebut benar-benar menunjukkan perilaku dan ahlak yang sangat baik.
“Itulah yang akhirnya membawa saya masuk Islam. Saya melihat Islam adalah panduan sejati untuk manusia dan keesaan Tuhan. Karena Islam adalah agama yang benar,” kata Miwa san.
Miwa san memulai belajar tentang Islam dengan mengambil mata kuliah bahasa Arab. Dengan menguasai bahasa Arab inilah Miwa san lebih mudah mempelajari Islam, agama baru baginya.
Tidak hanya menjadi seorang muallaf, di kampus tersebut takdir mempertemukan Miwa san dengan pemuda Maroko bernama Yasien Essaadi. Pria inilah yang kini menjadi suami Miwa san dan memberikan 4 orang anak.
Miwa san atas dukungan sang suami, kemudian mencoba mengumpulkan orang-orang muslim Jepang terutama yang tinggal di kota Shizuoka. Kegiatan tersebut dilakukan Miwa san usai menamatkan pendidikannya di AS dan kembali ke Jepang
Dari situlah kemudian cikal bakal terbentuknya SMA. Organisasi ini kemudian terus tumbuh dan berkembang seiring makin bertambahnya jumlah orang muslim Jepang di Propinsi Shizuoka.
Miwa san sangat aktif di pergerakan muslim di kota Shizuoka. Bersama dengan anggota dan member tetap SMA. Miwa san banyak mensupport berbagai kegiatan yang berhubungan dengan Islam, misalnya seminar, bazar, dan pengenalan Islam di acara-acara internasional.
“Kami sangat terbantu dengan Miwa san yang berdakwah tentang Islam di Jepang menggunakan bahasa ibu sehingga mudah di mengerti dan dipahami, yang bagi orang asing bukanlah suatu hal yang mudah,” ujar Tuty Alawiyah, salah satu anggota SMA asal Indonesia.
Menurutnya, permasalahan dalam kemampuan berbahasa Jepang, sering menjadi kendala SMA dalam berdakwah tentang Islam. Sebab dalam menyampaikan dahwah, kita harus pandai-pandai mencari dan memilih kata yang tepat untuk disampaikan kepada orang-orang Jepang.
“Miwa san adalah aset dakwah yang akan memperkuat Islam di negeri Sakura, karena itu kita harus mendukungnya,” tambah Tuty.
Kampanye makanan halal
Beberapa tahun belakangan ini, Miwa san berusaha meningkatkan pemahaman orang Jepang akan makanan halal. Kampanye tentang makanan halal tersebut terutama dilakukan di sekolah-sekolah Jepang.
Sebagaimana yang diketahui, sekolah SD dan SMP di Jepang memakai sistem makan siang Bersama. Kegiatan yang dilakukan rutin setiap hari di sekolah tersebut menemukan kesulitan saat harus menyamakan menu antara anak-anak Jepang dengan anak-anak muslim Jepang.
“Anak-anak muslim harus makan dari makanan yang halal. Meskipun mereka makan di sekolah dengan mayoritas anak bukan muslim,” tukas Miwa san.
Miwa san mengakui bahwa menyediakan makanan halal baik bagi siswa muslim maupun non muslim menjadi cara menarik untuk mendukung dakwahnya. Dan ini menjadi bahan materi yang akan disampaikan dalam berbagai kesempatan ketika masyarakat Jepang bertanya Islam.
Terkait kunjungannya ke Indonesia, Miwa san mengatakan ini adalah langkah awal untuk memperoleh dukungan internasional terhadap kegiatan dakwah di Jepang. Terutama melalui pembangunan masjid di Kota Shizuoka. (ade ratnasari)