Oleh : Hendro Susilo*)
SOLO, MENARA62.COM – “ Manusia tidak menuruti, tidak mempedulikan sesuatu yang sudah terang bagi dirinya. Artinya dirinya sendiri, pikirannya sendiri, sudah mengatakan itu benar, tetapi ia tidak mau menuruti kebenaran itu karena takut kepada kesukaran, takut berat dan macam-macam yang dikhawatirkan, karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakit akhlak (budi pekerti), hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk”
Cuplikan tulisan di atas saya ambil dari tujuh (7) falsafah ajaran Ahmad Dahlan. Kondisi sosial keagamaan masyarakat pada waktu itu yang terjajah, menyebabkan sikap mental pasrah (fatalistik) yang menuju arah mistik, di mana Ahmad Dahlan membaca realitas tersebut sebagai akibat dari kurangnya ilmu yang dimiliki masyarakat. Oleh karena itu, gerakan pendidikan menjadi bidang yang digarap, dan Ahmad Dahlan-pun mendirikan sekolah sebagai solusi dengan cita-cita pendidikan integral.
Materi pendidikan yang diajarkan Ahmad Dahlan meliputi tiga hal pokok. Pertama, pendidikan moral (akhlak) sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Qur’an dan Sunnah. Kedua, pendidikan individu, yaitu usaha menumbuhkan kesadaran individu yang utuh dan seimbang antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dengan akal pikiran serta antara dunia dan akhirat. Ketiga, pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat. Dengan demikian, Ahmad Dahlan telah meletakkan pondasi pendidikan Islam modern pada zamannya.
Pendidikan Muhammadiyah, adalah pendidikan yang berkemajuan sejak awal diselenggarakannya (PP Muhammadiyah, 2010: 128). Artinya proses pendidikan yang diselenggarakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah adalah pendidikan yang telah menggunakan cara-cara modern. Sebagai sub sistem dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan Muhammadiyah yang didirikan oleh Ahmad Dahlan merupakan sebuah ikhtiar kreatif dalam membangun suatu sistem pendidikan Islam modern yang integratif-holistik. Pendidikan Islam integratif-holistik yang dimaksud berupa sekolah umum yang mengintegrasikan ilmu-ilmu agama Islam, dan madrasah yang mengintegrasikan ilmu-ilmu umum.
Kurikulum Ismuba dan Pembelajaran
Dalam bahasa Arab, kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan arti manhaj / kurikulum dalam pendidikan Islam yang terdapat pada kamus al-Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai acuan lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan tujuan pendidikan. Ada tiga konteks yang dapat kita maknai terkait kurikulum. Pertama konteks kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik, konteks kedua kurikulum sebagai pengalaman belajar dan konteks ketiga kurikulum sebagai rencana program belajar
Pendidikan Muhammadiyah adalah sistem pendidikan Islam modern yang integratif-holistik. Hasil pendidikan yang diharapkan telah dituangkan dalam standar isi pendidikan dan standar kompetensi lulusan sehingga memerlukan proses pembelajaran yang baik. Dalam sistem pendidikan dan pembelajaran integratif-holistik, keberadaan kurikulum Ismuba merupakan mata pelajaran sendiri akan tetapi dalam prosesnya terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Adanya kurikulum Ismuba ini, perlu dikembangkan di satuan pendidikan dengan tujuan untuk menjadi standar mutu pengelolaan pendidikan pada sekolah Muhammadiyah, menjadi acuan operasional bagi kepala sekolah dan guru dalam menyusun serta mengelola kurikulum secara optimal di satuan pendidikan.
Dalam proses pembelajaran Ismuba, digunakan berbagai pendekatan dan metode yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa untuk menghasilkan kemampuan yang menyeluruh dan utuh dalam bentuk kepribadian yang seutuhnya, yaitu siswa yang beriman dan bertakwa, berilmu serta taat beribadah dan memiliki akhlak yang baik. Dimulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran menjadi kesatuan yang dilakukan oleh guru di sekolah Muhammadiyah.
Agar dapat dilakukan evaluasi pembelajaran maka diperlukan adanya asesmen pembelajaran. Asesmen dalam proses pembelajaran adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik. Jika dikaitkan dengan hasil belajar maka informasi disajikan dalam bentuk profil peserta didik.
Profil Pelajar Muhammadiyah
Janji pelajar Muhammadiyah seringkali dilafalkan oleh siswa sekolah Muhammadiyah. Janji pelajar Muhammadiyah berisi antara lain berjuang menegakkan ajaran Islam, hormat dan patuh terhadap orang tua dan guru, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, bekerja keras, mandiri dan berprestasi, rela berkorban dan menolong sesama, dan siap menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa. Pengucapan janji ini merupakan bagian dari upaya untuk membangun komitmen, loyalitas, dan konsistensi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Janji pelajar tersebut mencakup aspek pendidikan akhlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan seperti apa yang diajarkan Ahmad Dahlan. Berjuang menegakkan ajaran Islam, hormat dan patuh terhadap orang tua dan guru merupakan bagian dari pendidikan akhlak. Pendidikan aqidah-akhlak di sekolah Muhammadiyah merupakan bagian dari kurikulum Ismuba yang diajarkan kepada siswa Muhammadiyah.
Aqidah merupakan pokok-pokok ajaran yang harus selalu ada dalam benak seorang muslim. Dalam ajaran Islam, aqidah merupakan fondasi setiap amal perbuatan dan tingkah laku umat muslim. Akhlak merupakan manifestasi dari keluhuran potensi ruhani yang terpatri dalam jiwa serta diejewantahkan dalam perilaku. Tingkah laku manusia yang tampak dari gerak (gesture) tubuhnya merupakan dimensi materi, sedangkan yang menjadi motor penggeraknya adalah dimensi ruhani. Oleh sebab itu, akhlak merupakan manifestasi dari ruhani yang luhur.
Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, bekerja keras, mandiri dan berprestasi merupakan manisfestasi dari pendidikan individu. Siswa sekolah Muhammadiyah diajarkan sungguh-sungguh dalam meningkatkan kualitas diri. Mencari ilmu pengetahuan dengan kerja keras dan mandiri sehingga menghasilkan prestasi individu di berbagai bidang menjadi orientasi di sekolah Muhammadiyah. Hal ini harus menjadi budaya unggul dan mengakar di setiap siswa dan warga di sekolah Muhammadiyah.
Rela berkorban dan menolong sesama, dan siap menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa merupakan manifestasi dari pendidikan kemasyarakatan. Siswa Muhammadiyah dididik untuk siap terjun di masyarakat dan memberikan sumbangsih bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Hemat saya, janji pelajar Muhammadiyah ini perlu tertancap kuat di benak siswa dan sekolah berikhtiar dalam setiap proses layanan pendidikan yang diberikan melalui kurikulumnya untuk mengarahkan hasil proses pendidikan menuju profil siswa Muhammadiyah.
Sebagai akhir dari tulisan ini, saya mencoba menarik kesimpulan bahwa siswa di sekolah Muhammadiyah dididik dalam ranah akhlak, kualitas individu, dan peran sosial kemasyarakatan. Sehingga siswa akan menjadi pribadi yang sholeh secara pribadi dan sholeh secara sosial dan siap berkontribusi pada agama,masyarakat,bangsa dan negara. Sebagaimana pesan yang disampaikan Ahmad Dahlan “ Keislaman bukan hanya Allah ada di jiwamu, tetapi kehidupan Islam menjadi nyata melalui perilakumu, kasih sayang dan toleransi adalah kartu identitas orang Islam, serta tolong menolong adalah sikap orang Islam dalam aksi”. Apa saja yang bisa membuat orang Islam yang baik, juga bisa membuatnya menjadi warga negara yang baik. Wallahu a’lam bishawab.
*)Guru SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta