27.8 C
Jakarta

Lakukan Kajian Tiga Ranah Pancasila, 9 Mahasiswa Pascasarjana Ini Raih Bantuan Riset dari Dana Darma Pancasila

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Dana Darma Pancasila memberikan bantuan penelitian kepada 9 mahasiswa pascasarjana dari berbagai perguruan tinggi di tanah air. Mereka terdiri atas 6 mahasiswa program doctoral dengan nilai bantuan Rp17.500.000 per mahasiswa dan 3 mahasiswa program magister dengan nilai bantuan Rp10.000.000 per mahasiswa.

Dana Darma Pancasila merupakan program bantuan dana yang diinisiasi oleh Aliansi Kebangsaan. Program ini adalah bentuk dukungan kepada kalangan intelektual dalam rangka pengembangan kajian keilmuan yang terkait dengan Tiga Ranah Pancasila  yakni tata nilai, tata kelola, tata sejahtera.

Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo menjelaskan inisiasi Dana Darma Pancasila berangkat dari kehendak untuk turut mengarusutamakan epistemology Pancasila sebagai paradigma Pembangunan Nasional. “Aliansi Kebangsaan mencoba mengambil bagian dengan meluncurkan inisiatif Dana Darma Pancasila,” ujar Pontjo Sutowo usai menyerahkan secara simbolis bantuan tersebut kepada mahasiswa penerima di Jakarta, Senin (22/7/2024).

Pada tahap awal, program ini berfokus pada bantuan dana untuk bidang penelitian, yaitu tugas akhir mahasiswa pascasarjana yang akan melakukan penelitan untuk menulis tesis dan disertasi. Kedepannya, bantuan ini akan diberikan ke berbagai bidang seperti inovasi teknologi, inkubasi bisnis dan lain-lain.

Menurut Pontjo, dalam mengarungi perjalanan bangsa ke depan, perjuangan mewujudkan politik harapan harus berjejak pada visi yang diperjuangkan menjadi kenyataan. Visi tersebut harus mempertimbangkan warisan terbaik masa lalu, peluang masa kini, serta keampuhannya untuk mengantisipasi masa depan.

Visi transformatif yang diharapkan itu demi keampuhannya perlu meletakkan pembangunan dalam kerangka kerja perkembangan peradaban. Bahwa pembangunan nasional itu pada hakekatnya merupakan gerak berkelanjutan dalam peningkatan mutu peradaban bangsa.

Pontjo menekankan ketahanan nasional sebagai daya sintas suatu bangsa pada dasarnya ditentukan oleh daya (kualitas) budaya dan peradaban yang tercermin dari kondisi-kondisi yang berlangsung pada tiga ranah utama peradaban yakni ranah mental-kultural (tata nilai), ranah institusional-politikal (tata kelola), dan ranah material-teknologikal (tata sejahtera).

Dalam konteks Indonesia, visi Pancasila telah mengantisipasi pentingnya memperhatikan ketiga ranah tersebut. Ranah mental-kultural (tata nilai) basis utamanya adalah sila pertama, kedua, dan ketiga. Ranah institusional-politikal (tata kelola) basis utamanya sila keempat. Ranah material-tenologikal (tata sejahtera) basis utamanya sila kelima. Ketiga ranah tersebut bisa dibedakan, namun tak bisa dipisahkan.

“Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila memiliki kapasitas untuk menjadi acuan paradigma pembangunan nasional,” lanjut Pontjo.

Segala idealitas wawasan Pancasila itu baru bisa memperoleh kepenuhan artinya bila mampu diwujudkan dalam realitas kehidupan kenegaraan dan kebangsaan. Untuk itu, Pancasila sebagai dasar filosofi negara (Philosophische Grondslag) menghendaki pemenuhan tiga dimensi filsafat (ontologi, epistemologi, dan aksiologi) yang bertaut dengan tiga dimensi ideologi (keyakinan, pengetahuan, dan tindakan).

Dalam kaitan itu, Pancasila kata Pontjo seyogianya tak berhenti sebatas keyakinan-ontologis, melainkan harus diturunkan menjadi paradigma epistemologis sebagai jembatan bagi perwujudan tindakan aksiologis. Perwujudan Pancasila sebagai paradigma epistemik Pembangunan Nasional pada gilirannya memelukan prasyarat kecerdasan, pemahaman dan pengkajian yang mendalam.

Proses objektivikasi Pancasila memerlukan berbagai kerangka teori pengetahuan sebagai turunan dari epistemologi Pancasila. Dan untuk memperkaya khasanah pengetahuan teoritik itu bisa dilakukan dengan melakukan kerja penelitian secara berkesinambungan, yang memadukan antara riset lapangan dan riset literatur komparatif—dengan menelaah berbagai karya ilmiah dari sumber mana pun dan disiplin ilmu apa pun yang senafas dan dapat memperkuat epistemologi Pancasila.

Adapun tujuan dan manfaat Dana Darma Pancasila antara lain menumbuhkan para pemikir untuk memperadabkan bangsa, memberikan dukungan kepada para intelektual untuk mengembangkan kajian yang berfokus pada pemikiran Pancasila, serta mendorong tumbuhnya perkembangan kajian tentang Pancasila di tiga ranah, yaitu ranah Tata Nilai, Tata Kelola, dan Tata Sejahtera.

Saat ini, telah bergabung 4 pengusaha yang bersedia memberikan hibah penelitian Dana Darma Pancasila yakni Pontjo Sutowo, Basuki, Abu Rizal Bakri, dan Siswono Yudhohusodo. Ke depan diharapkan semakin banyak pengusaha yang bergabung dalam gerakan Dana Darma Pancasila ini.

“Dengan adanya 4 pengusaha dan mereka yang paham Pancasila seperti Bung Yudi Latif, kita ingin mengangkat bagaimana sih ekonomi Pancasila. Kalau kita yakin Pancasila seharusnya ekonomi kit aini hebat, tapi nyatanya belum. Jadi salahnya dimana? Saya kira selama lebih 50 tahun orang menuliskan ekonomi Pancasila, penulisnya tidak ada yang dari dunia usaha, maka barangkali input ini bisa juga merumuskan bagaimana sih eko Pancasila yang riil,” ujar Pontjo.

Dana Darma Pancasila, Terobosan Filantropi

Ketua Tim Seleksi, Yudi Latif menyampaikan Dana Darma Pancasila merupakan satu terobosan dalam sejarah Indonesia yang kecil tapi daya penetrasinya besar. “Selama ini kita kalau bicara Pancasila seolah hanya otoritas negara. Jarang pengusaha kita bawa-bawa urusan Pancasila. Padahal semangat Pancasila itu gotong royong. Jadi pengembangannya tidak bisa bisa berpusat secara vertikal kepada negara,” jelas Yudi Latif.

Menurutnya, sebuah negara akan sehat kalau melibatkan kekuatan integral antara state, comunity dan market. Komunitas menjaga nilai, negara menjaga tata kelola dan dunia usaha membawa tata sejahtera. “Kita ingin bagaimana Pancasila juga menjadi konsen para pengusaha untuk ikut terlibat dalam pengarusutamaan Pancasila. Sebab Pancasila tanpa mengarah pada tata sejahtera, ibarat manusia tanpa tubuh, jadi gentayangan. Dibutuhkan keseimbangan antara jasmani dan rohani,” tegas Yudi Latif.

Ia menilai Dana Darma Pancasila merupakan sebuah terobosan dari segi filantropi yang memiliki fungsi sebagai agen inovasi sosial. Di Amerika Serikat dan negara maju, banyak riset yang justeru berhasil didanai oleh filantropi. Sebab kalau mengandalkan dana negara, itu sifatnya kejar tayang. Padahal inovasi membutuhkan keberlanjutan.

“Jadi dana darma Pancasila itu agen inovasi sosial. Selain penelitian kita juga akan sponsori dan mendorong inkubasi bisnis, juga mungkin penelitian sampai tingkat prototipe bahkan sampai pasar,” tandas Yudi Latif.

Pada bacth 1, Dana Darma Pancasila diikuti oleh sekitar 50 proposal dari berbagai perguruan tinggi. Dari 50 proposal tersebut tim seleksi memutuskan 9 proposal berhak mendapatkan hibah dana penelitian dari Dana Darma Pancasila.

Adelita Lubis, mahasiswa program doktor Universitas Gadjah Mada, salah satu penerima dana hibah, mengaku senang mendapatkan bantuan dana penelitian dari Dana Darma Pancasila. Ia yang mengambil judul disertasi Dinamika Kontestasi Normal Internasional dan Sosial dalam Pernikahan Anak di Sulawesi Selatan tersebut berjanji akan menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila secara actual tidak sebatas teori nilai-nilai luhur Pancasila.

“Dana ini sangat membantu. Karena saya kuliah program doktor dari dana pribadi. Dengan dana darma Pancasila ini sangat membantu saya,” jelas Adelita.

Tidak hanya memperoleh bantuan dana penelitian, proyek ini sekaligus memberikan pembekalan pengetahuan bagi Adelita terkait tiga ranah Pancasila terkait tata nilai, tata kelola dan tata sejahtera.

Hal yang sama juga disampaikan Arifudin mahasiswa program doctor hukum Universitas Diponegoro. Mengambil judul disertasi Pembaruan Sistem Presidensial Thashold dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden melalui Konsep Prismatika Hukum, Arifudin mengaku sangat membantu proses penelitiannya.

“Penelitian saya focus pada isu demokrasi pemilu presiden dan wakil presiden Indonesia yang mengarah pada konsep presidensial trashold yang banyak terjadi di masyarakat. Saya melihat dari sisi positif dan negatifnya, yang kemudin saya hubungkan dengan nilai-nilai luhur Pancasila,” ujarnya.

Sedang Lulu Musyarofah, mahasiswa Universitas Tanjung Pura Pontianak, mengaku senang dengan dana penelitian yang diberikan oleh dana darma Pancasila. Mengambil penelitan tentang Peran Forum Pembauran Kebangsaan dalam Pencegahan Konflik Sosial di Kalbar, Lulu yang kini menjadi guru TK berharap dapat mengambil peran lebih besar dalam mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila pasca memperoleh hibah dana penelitian dari Dana Darma Pancasila.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!