JAKARTA, MENARA62.COM – Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas memang sangat urgen dilakukan di Indonesia. Tetapi dengan melihat perkembangan kasus Covid-19 di tanah air yang masih tinggi, Kemendikbudristek mempersilahan daerah yang berada di zona merah penularan Covid-19 untuk melanjutkan pembelajaran secara daring atau PJJ.
“Jadi pada daerah-daerah yang merah, kabupaten kota yang merah, biarlah anak-anak tetap belajar dari rumah,” kata Dirjen PAUDDikdasmen Kemendikbudristek Jumeri pada Forum Merdekan Barat (FMB), Senin (28/6/2021).
Menurutnya wilayah-wilayah yang berada di zona merah sebagian besar merupakan kota-kota yang sudah maju infrastrukturnya terutama jaringan internet. Jadi sebenarnya tidak menjadi problem jika daerah tersebut melanjutkan PJJ sambil menunggu perkembangan Covid-19.
Sedang untuk daerah zona aman (hijau) yang kebanyakan berada di daerah 3T, Jumeri meminta untuk melanjutkan rencana PTM Terbatas. Pembelajaran PTM Terbatas ini mengacu pada SKB 4 menteri yang ditandatangani pada 30 Maret 2021.
Jumeri mengingatkan bahwa kebijakan pembelajaran di sekolah tetap mengedepankan keselamatan dan kesehatan siswa juga para guru. Jadi meski banyak guru sudah mendapatkan vaksinasi, jika situasi di kota tersebut memang tingkat penularan Covid-19 sedang tinggi, sekolah boleh mengambil opsi melanjutkan PJJ.
“Nah daerah-daerah yang terdepan terluar, terpinggirkan, terjauh masih banyak. Sehingga biarlah daerah yang aman melaksanakan opsi PTM bersama BDR kemudian yang daerah-daerah yang merah tetap mengamankan diri dengan belajar di rumah. Jadi jangan disamaratakan seluruh wilayah negeri ini, karena anak-anak kita sangat membutuhkan kehadiran bapak ibu guru kita, membimbing mereka, mengasuh mereka, memberi pencerahan kepada anak-anak,” tegasnya.
Senada juga dikemukakan Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi. Meski guru sudah sangat ingin melakukan pembelajaran tatap muka, tetapi jika situasi di lapangan tidak memungkinkan tentu tidak bisa memaksakan untuk PTM terbatas.
“Intinya kita itu semangat untuk memberikan pendidikan dan karena tahu bahwa ini sangat dibutuhkan. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya dengan situasi yang ada saat ini, pada akhirnya keselamatan dan keamanan, siswa, guru, orang tua, tenaga pendidikan itu menjadi yang utama,” jelas Unifah.
PGRI sendiri diakui Unifah telah menyiapkan para guru untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Mereka juga telah dilatih kapasitasnya melalui berbagai pelatihan. “Sudah jutaan guru kita latih untuk menghadapi situasi seperti sekarang ini, baik PTM terbatas maupun melanjutkan PJJ,” tambahnya.
Diakui Unifah, meski tidak dilakukan PTM terbatas, sejatinya guru telah banyak yang melakukan pengajaran dengan cara berkunjung ke rumah siswa. Guru juga diwajibkan datang ke sekolah oleh Pemda untuk melakukan absensi.
“Banyak juga daerah-daerah yang melakukan guru kunjung, termasuk di dalamnya sebenarnya para guru itu selama masa pandemi ini, tetap diwajibkan Pemda datang ke sekolah. Melakukan absensi, melakukan pembelajaran dari sekolah. Jadi artinya Kalau dari segi guru itu adalah persiapan untuk bekerja semaksimal mungkin. Hanya kita selalu mengatakan bahwa pada akhirnya keselamatan dan keamanan siswa, guru, tenaga pendidikan adalah yang utama di atas segala-galanya,” tutup Unifah.