oleh :
Machnun Uzni, Founder Sahabat Misykat Indonesia
Katakanlah; “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmatnya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. 10 Yunus; 58).
Pagi baru saja menjelang, matahari belum sepenggalah naik. Seorang sahabat bernama Haritsah datang bertamu menemui Rasulullah Muhammad SAW. Tiba di rumah Rasul mulia, Haritsah disambut pertanyaan, “bagaimana kabar keimanan engkau pagi ini, wahai sahabatku?”
Seraya menyongsong sambutan Rasulullah SAW, Haritsah menjawab, “Sesungguhnya aku dalam keimanan yang sempurna, wahai kekasih Allah.”
Rasulullah kembali bertanya, “Wahai Haritsah, sesungguhnya setiap kebenaran disertai bukti. Apa buktinya bahwa keimanan engkau sedang sempurna?”.
Kemudian Haritsah menjawab, “Sesungguhnya dalam hatiku telah tertanam keikhlasan yang dalam. Sehingga, tidak ada bedanya tanah dan emas. Aku relakan siang hariku aku isi dengaan berlapar-lapar (puasa), sementara pada malam harinya, aku rela menahan kantuk untuk aku isi dengan ibadah kepada Allah (bertahajud).”
Maka Rasulullah SAW menjawab dengan tegas, “Sesungguhnya engkau benar, wahai Haritsah, ber-istiqomahlah.”
Dalam kisah lain, suatu ketika Imam nin Hambal ditanya oleh salahsatu muridnya, “Kapan Engkau istirahat guru?, kulihat malam dan siang rasanya tidak ada waktu untuk istirahat?”
Dengan tersenyum Imam bin Hambal menjawab, “Aku akan bisa istirahat hai muridku, manakala kedua kakiku telah dapat menginjakkan masuk syurga.”
Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah mengantarkan usia kita hadir di bulan Ramadan. Bulan yang kita rindu dan nantikan kedatangannya. Anggap saja kita ditanya, sudah sampai dimananakah perjalanan kita untuk memantasakan diri memasuki syurganya Allah SWT? Adakah kepastian kita terlepas dari siksa neraka.
Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi penyemangat kita diawal ramadan, untuk menggugah terus beribadah, menjaga kesantunan hati yang bersih walau kadang hati sedih karena hasrat dunia belum teraih.
Bangkitlah, meski ujian demikian beratnya. Kadang hitungan angka didepan matapun bisa lenyap seketika, manakala Allah belum menghendakinya. Jangan kecewa berkepanjangan karena kecewa yang sesungguhnya adalah manakala jaminan kapling surga belum ada ditangan kita.
Jika kelelahan datang maka ingatlah pertanyaan dari murid Imam bin Hambal, “Kapankah engkau istirahat?”. Jawablah dengan semangat; “Tak mungkin aku lelah apalagi beristirahat ketika aku belum memastikan masuk surga.”
Ramadan hadir kembali dalam perjalanan kehidupan kita. Ditengah pandemi covid-19 yang mengharuskan kita mematuhi protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan dari penyebaran virus corona.
Akankah kita sia-siakan hadirnya Ramadan? Ataukah kita maksimalkan tenggelam dalam kekhusyuan beribadah kepada-Nya, mengangkat tangan berdoa yang menggoyang Arsy-Nya untuk memohon hajat kehidupan cita-cita besar kita, menjadikannya bulan kerinduan untuk bertaubat dari dosa dan kesalaan kita. Membasahi lidah dengan istighfat, mohon ampun dan jalan terang masa depan.
Sangat rugi jika kita termasuk dalam golongan yang tidak merindukan Ramadan, mensia-siakan kehadirannya. Sangat demikian merugi manakala Ramadan dihadirkan dalam kehidupan kita namun kita gagal menggapai kemuliaan-kemuliaan yang disediakan Allah SWT didalamnya
.
Marhaban Ya Ramadan. Dengan kurnia dan rahmat Allah mari bergembira, meniti hari-hari dibulan suci, merangkai taqwa dalam kehidupan kita. Selamat berpuasa, hadirkan lapis-lapis kegembiraan dirumah kita, kegembiraan bersama orang-orang disekitar kita untuk meraih ridho-Nya.