28.8 C
Jakarta

Lazismu Sambangi Rumah Nenek Kustatik yang Sudah Reyot

Baca Juga:

COBA bayangkan seperti apa kondisinya jika satu rumah kecil type 27/60, dihuni oleh satu keluarga besar dengan 9 jiwa. Tak hanya berhimpit, yang pasti, ibarat untuk bernafas saja harus berebut. Itulah kondisi rumah Nur Kustatik (62th) di kawasan Perumahan Puskopkar Pudakpayung Banyumanik Kota Semarang.

Rumah dengan dinding yang rapuh dan atap yang sudah bocor di sana sini tersebut dihuni oleh Nenek Nur Kustatik, yang biasa dipanggil Mami bersama anak dan menantunya serta 6 orang cucu.

Saat disambangi Tim Lazismu pada Ahad (2/2/2020), Mami bercerita bahwa sejak memiliki rumah tersebut tahun 1993, belum sekalipun merenovasi akibat ketidakadaan biaya. Ia yang sehari-hari bekerja sebagai buruh strika atau memasak, jelas tidak mampu sekedar menabung untuk merenovasi rumahnya. Pun dengan Andik, sang menantu yang hanya berprofesi sebagai tukang service barang elektronik. Untuk memberikan makan 6 anaknya saja, sang menantu sudah ngos-ngosan.

Tak hanya fisik rumah yang sudah rusak, kondisi perabotan pun tak berbeda jauh. Kaca ruang tamu yang sudah pecah, sofa kusam dan robek disana sini. Juga onggokan barang elektronik rongsokan di satu sudut rumah.

Menengok ke dalam rumah, aroma bau pesing kamar mandi yang kondisinya rusak sungguh sangat menyengat. Kamar mandi yang berbatasan dengan dapur tersebut membuat kondisi rumah Mami semakin kotor dan memprihatinkan.

Mami bercerita kalau hujan deras turun, mereka sekeluarga harus bahu membahu menyelamatkan barang, mencari wadah untuk air yang jatuh. Menutupi barang-barang dengan plastic, bahkan terkadang harus rela basah kuyup.

Mami juga merasakan semakin lama kondisi rumahnya semakin rapuh dan mengkhawatirkan. Rasa was-was sering menghantui, jangan-jangan atapnya runtuh saat hujan deras. Mami tidak bisa berbuat banyak, dia pasrah. Namun dia tetap berdoa agar keluarganya selalu di lindungi oleh yang Maha Kuasa.

Mami bekerja sebagai buruh lepas, biasanya dipanggil tetangga untuk menyeterika pakaian atau memasak. Oleh karenanya dia tidak punya penghasilan pasti. Sementara Andik, sang menantu profesinya sebagai penyedia jasa servis elektronik, yang membuka pelayanan di rumah itu juga. Sedangkan anak perempuan Mami, Novi tidak bisa bekerja karena kesibukan mengasuh keenam anaknya.

Dengan penghasilan yang minim mereka bertahan di rumah tua itu. Dalam kondisi yang serba kurang Andik berusaha membesarkan 6 anaknya dengan penuh tanggung jawab. Apabila menginginkan lauk yang agak enak seperti daging, Andik terpaksa harus berburu ular, biawak dan binatang buas lainnya yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.

“Keadaan (kemiskinan) yang membuat saya harus melakukan seperti ini,” kata Andik kepada Tim Lazismu. (Nur Sodiq / Hasan)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!