JAKARTA, MENARA62.COM– Publikasi melalui media menjadi bagian penting dari perjalanan sebuah riset dan inovasi. Tanpa adanya keterlibatan publikasi melalui media atau jurnal, maka sebagus apapun riset dan inovasi, maka manfaatnya tidak akan bisa dinikmati masyarakat.
“Ketika kita mencari hasil riset, penelitian atau inovasi yang bersifat lokal dengan kata kunci tertentu pada mesin pencarian Google misalnya, sangat sedikit hasilnya. Kalaupun muncul, biasanya tulisan dari teman- teman media,” kata Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kemal Prihatman di sela media briefing, Rabu (31/10).
Padahal untuk menuju era revolusi industri 4.0, salah satu ciri utamanya adalah akses informasi yang berhubungan dengan teknologi informasi. Artinya hasil riset harus mudah diakses oleh masyarakat melalui teknologi informasi yang paling mudah.
Diakui Kemal saat ini dari 380 lembaga Libtang di Indonesia baru sekitar 20 persen yang memberikan perhatian pada teknologi informasi sebagai ciri khas era revolusi industri 4.0. Indikator yang paling mudah untuk memahaminya adalah minimnya lembaga Litbang yang memiliki website yang aktif.
“Website lembaga Litbang yang aktif tentu bukan aktif menayangkan berita-berita seremonial atau kutipan berita media lain. Website lembaga Litbang harus pula menayangkan hasil-hasil riset sehingga ketika masyarakat membutuhkan, sudah dengan mudah memperolehnya,” jelas Kemal.
Karena itu Kemal mengingatkan pentingnya kolaborasi lima pemangku kepentingan ‘penta helix’ yakni unsur universitas, pemerintah, industri, media dan masyarakat dalam sebuah riset, inovasi ataupun penelitian.
Kemal mengatakan berhimpun dalam satu wadah bernama Pusat Unggulan Inovasi (PUI) menjadi solusi bagi lembaga Litbang untuk mempublikasikan hasil-hasil risetnya. PUI ini akan memberikan pendampingan terhadap lembaga Litbang agar hasil risetnya bisa diakses oleh masyarakat luas terutama melalui laman atau website yang dimiliki lembaga Litbang termasuk mempertemukan dengan dunia industri.
“Konten-konten website harus menayangkan hasil riset, inovasi maupun penelitian dari para peneliti yang berada dibawah naungan lembaga Litbang tersebut,” jelasnya.
Lebih lanjut Kemal mengatakan bahwa keberadaan lembaga Litbang tentu tidak terlepas dari akreditasi badan atau lembaga Litbang. Salah satunya melalui sistem akreditasi pranata Litbang yang diselenggarakan oleh KNAPPP.
Sampai Agustus 2018, tercatat ada 61 pranata litbang yang sudah terakreditasi tetapi hanya 55 lembaga yang aktif. Jumlah tersebut masih sangat kecil sekitar 13 persen, dibanding jumlah lembaga Litbang yang ada di Indonesia.
Dari 55 lembaga pranata litbang yang terakreditasi, 51 persen merupakan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), 20 persen berasal dari Lembaga Pemerintah nonKementerian (LPNK), sedangkan 29 persen lainnya merupakan pranata litbang perguruan tinggi, swasta, BUMN.
Ajang Indonesia ID
PUI sendiri pada 16 Oktober 2018 lalu telah sukses menggelar Indonesia Innovation Day (Indonesia ID) yang diselenggarakan di International Convention Center, Kobe University, Jepang.
“Dari even Indonesia ID, terjadi penandatanganan sebanyak 22 buah naskah kerjasama yang mencakup kerjasama bisnis, kerjasama perluasan pasar, kerjasama pengembangan produk, dan kerjasama riset untuk menguatkan keunggulan produk. Rincian 20 naskah kerjasama tersbut adalah 1 MoA, 6 MoU, dan 13 Letter of Intent yang akan ditindaklanjuti menjadi MoU dan MoA,” jelas Kemal.
Sementara itu tercatat ada 9 buah potensi kerjasama yang akan ditandatangani sampai dengan semester I 2019.
Indonesia ID 2018 diselenggrakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Ditjen Lembaga Litbang. Bertujuan untuk memperluas jaringan kerjasama internasional baik dalam hal pengembangan teknologi lanjutan, kerjasama sertifikasi produk untuk pangsa pasar internasional, perluasan promosi dan pasar atas suatu produk, meningkatkan sinergi inovasi yang berkelanjutan antara lembaga PUI dengan pusat riset inovasi dan industri di berbagai negara.
Kemal mengatakan IID 2018 di Kobe ini diikuti oleh berbagai institusi litbang PUI. Tercatat 49 inventor berangkat ke Jepang dengan membawa 41 produk dari 7 bidang seperti pangan pertanian, energi, kesehatan, maritim, Teknologi Informasi dan Komunikasi, material maju, dan sosial budaya.
Melalui Indonesia ID 2018 diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan pihak asing terhadap investasi riset di Indonesia, membuka jalan untuk kolaborasi riset maupun industri negara Indonesia di lingkungan internasional, serta peluang lainnya yang mendukung peningkatan pemanfaatan hasil produk berbasis riset di Indonesia. Pelaksanaan Indonesia ID 2018 juga merupakan salah satu agenda kerjasama internasional dengan pihak Jepang dalam memeriahkan Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang – Indonesia.
Tema dari Indonesia ID 2018 yaitu “ Enhancing Innovation, Expanding Collaboration” dengan targetuntuk peningkatan inovasi dan pengembangan kolaborasi bertumpu pada keunggulan Indonesia berbasis kekayaan biodiversitas dan keunikan budaya.
Indonesia ID 2018 llanjut Kemal tidak terbatas pada promosi produk hasil riset dan kekayaan biodiversitas Indonesia saja. Melalui agenda ini, Kemenristekdiki juga melakukan promosi terkait eksistensi kelembagaan PUI, yang berkompeten dan berpotensi untuk bersaing di lingkungan internasional.
Misi khusus yang dibawa dalam agenda ini diharapkan dan dapat memberikan peluang positif kepada perkembangan kelembagaan litbang di Indonesia, baik dalam kapasitas sumber daya, kapasitas riset dan pengembangan, maupun kapasitas disseminasinya.
Produk inovatif
Terdapat 10 produk inovatif yang dipresentasikan dalam agenda Indonesia ID 2018. Produk tersebutdipilih berdasarkan kriteria keunggulan berbasis akar budaya Indonesia dan mencerminkan produk biodiversitas yang dimiliki Indonesia, di samping kriteria potensi kerjasama yang kuat antara Indonesia – Jepang.
Inilah 10 produk yang dipresentasikan:
- Ringkel Background Batik dan Kerajinan Kayu dg Ornamen Batik (PUI Batik dan Kerajinan, Balai Besar Kerajinan dan Batik, Kementerian Perindustrian)
- Organic Noni Juice (PUI Industri Agro, Balai Besar Industri Agro, Kementerian Perindustrian)
- Varietas Baru Nanas PK-1 (PUI PT Hortikultura Tropika, Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor)
- Roselindo Tea (PUI Tanaman Serat, Balai Penelitian Tanaman Serat dan Tanaman Pemanis, Kementerian Pertanian)
- BioMush (PUI Sumberdaya Mikroorganisme Nasional, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
- Gamboeng Green Tea Powder (PUI Teh dan Kina, Pusat Penelitian Teh dan Kina, PT. Riset Perkebunan Nusantara)
- SITOMO: Accoustic Tomography for Ocean Monitoring System (PUI Teknologi Akuntansi Sumber Daya Alam, Pusat Teknologi Sumber Daya Wilayah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)
- ReDaNo: Regional Data Node for Earth Monitoring (PUI Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)
- BioDiv Checker (PUI PT Pigmen Material Aktif, Pusat Penelitian Pigmen Material Aktif,Universitas Ma Chung)
- AISITS : Automatic Identification System ITS (PUI PT Keselamatan Perkapalan, Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya)