BOGOR, MENARA62.COM – Kota Gunungsitoli, Pulau Nias, Propinsi Sumatera Utara menjadi salah satu wilayah yang minim fasilitas internet. Karena itu saat pemerintah pusat mengambil kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19, Pemda Kota Gunungsitoli menyiasatinya dengan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dikirimkan kepada siswa.
“Melalui LKPD guru-guru di Gunungsitoli mengirimkan materi pelajaran dan memberikan tugas kepada siswa. Ini yang bisa kami lakukan agar pembelajaran tetap berlangsung. Karena selain signal internet timbul tenggelam, banyak siswa tidak memiliki gawai,” kata Desnilam Kurniawati Harefa, Kepala UPTD SDN 070986 Ononamolo I Lot Kota Gunungsitoli, Sumut pada diskusi Fortadikbud bertema Persiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas, Sabtu (17/4/2021).
Tetapi metode LKPD ternyata tidak efektif. Karena dari semua LKPD yang dikirimkan guru ke siswa, 75 persen tidak dikerjakan alias kosong. Orangtua hampir tidak ada waktu untuk mendampingi anak-anaknya mengerjakan LKPD.
Karena itu, sebelum pemerintah mengumumkan kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas melalui SKB 4 menteri, sebenarnya banyak sekolah di Gunungsitoli yang telah memberlakukan PTM terbatas, terutama sejak semester 2 tahun ajaran 2020/2021. Tetapi PTM terbatas tersebut sempat terhenti setelah sekolah menerima surat edaran Walikota tertanggal 4 Januari 2021 yang meminta PTM distop.
Diakui Desnilam, 9 bulan pelaksanaan PJJ, proses pembelajaran siswa sangat memprihatinkan. Banyak siswa yang benar-benar tidak pernah lagi mengikuti proses pembelajaran dengan berbagai alasan. “Rata-rata memang tidak ada dukungan gawai, tidak ada internet,” tambahnya.
Akibat tidak ada dukungan gawai, kebijakan bantuan kuota internet yang diluncurkan Mendikbud pada 2020 lanjut Desnilam tidak banyak dimanfaatkan oleh siswa. “Bagaimana siswa mau pakai bantuan kuota internet, telepon genggang saja tidak punya, jadi sia-sia saja,” kata Desnilam.
Karena itu ia melihat bahwa PTM terbatas sifatnya sudah sangat mendesak, terutama untuk daerah-daerah yang minim dukungan internet seperti Gunungsitoli.
Lebih lanjut Desnilam juga mengakui hingga kini guru-guru di Gunungsitoli belum ada yang memperoleh vaksin Covid-19. Padahal pembelajaran tatap muka akan segera diberlakukan.
“Kami para guru sudah menunggu untuk vaksinasi Covid-19. Tetapi memang belum ada, belum satupun guru,” jelasnya.
Desakan serupa juga dikemukakan Kepala SMA N 3 Jombang, Jawa Timur Singgih. Melalui keterangannya secara daring, Singgih mengatakan bahwa 90 persen orangtua setuju dilakukan pembelajaran tatap muka.
“Orangtua sudah banyak yang tidak sanggup mendampingi anak-anak PJJ. Kami memaklumi karena banyak orangtua yang memang sibuk,” kata Singgih.
Selain itu, para siswa memang belum terbiasa dengan model pembelajaran jarak jauh. Mereka menganggap bahwa PJJ sama saja dengan libur, sehingga belajarnya pun sambil bermain. Beberapa siswa yang tidak siap melakukan PJJ, memilih pindah sekolah. “Kasus ini banyak menimpa siswa kami kelas 10, banyak orangtua yang memilih memindahkan anaknya dengan alasan tak sanggup mengerjakan tugas-tugas dari guru. biasanya ini terjadi pada siswa yang memang belum terbiasa dengan pembelajaran mandiri saat di SMP,” tukasnya.
Menurut Singgih, sebagus apapun dan secanggih apapun teknologi pendukung PJJ, tetap akan berbeda hasilnya dengan pembelajaran tatap muka. PJJ membuat hubungan batin antara guru dengan siswa menjadi jauh berkurang. “Guru menjadi mengedepankan logika dari pada perasaan, karena memang tidak bertemu dengan siswa,” katanya.
Karena itu, ia menyambut gembira kebijakan diberlakukannya PTM terbatas pada Juli 2021 ini. semua persiapan telah dilakukan untuk pelaksanaan PTM terbatas baik sarana prasarana, sosialisasi kepada siswa dan orangtua melalui video, vaksinasi guru dan lainnya.
“Kita sudah simulasi sistem shift siswa. Rencananya siswa masuk dalam sepekan selama 3 hari secara bergantian. Tiap pertemuan, hanya diikuti 16 siswa per kelas dengan jam yang dibatasi sekitar 3 jam saja,” tutup Singgih.