TANAH TIDUNG, MENARA62.COM – Sebuah rekaman video menunjukkan peristiwa likufaksi (pencairan tanah) di daerah Bebatu, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara (Kaltara). Peristiwa yang menyerupai bencana gempa bumi di Palu itu viral di media sosial (medsos), khususnya Facebook dan WAG (WhatsApp Group).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara, M Pandi, membenarkan kejadian itu. “Belum banyak yang bisa saya terangkan karena tim masih melakukan investigasi,” katanya, Rabu (30/10/2010).
Di Facebook video tersebut dibagikan atas nama akun Anya Surayah Kasim. Ia mengunggahnya pada Selasa (29/10/2019) pukul 21.08 Wita yang telah ditonton 3,247 juta kali sampai pukul 20.05 Wita hari ini.
Dalam video berdurasi 0,21 detik terlihat lokasi tambang yang tiba-tiba tanah bergerak mirip pencairan tanah atau likuefaksi tanah. Terdengar suara orang berteriak kaget melihat bencana tanah longsor itu.
Salah seorang pejabat di Dinas Lingkungan Hidup Kaltara juga membenarkan kejadian itu. Dia berjanji akan memberikan keterangan hasil investigasi besok.
Info yang dihimpun Antara, longsor diduga terjadi di konsesi tambang PT Pipit Mutiara Jaya Kaltim. Kejadiannya pada 29 Oktober 2019 pukul 08.15 di PT Pipit Mutiara Jaya (IUP PMDN) site Bebatu di akses jalan tambang dari disposal menuju pit 9 Utara.
Korban jiwa tidak ada, enam unit alat berat tertimbun, yaitu tiga excavator, satu Dozer, satu ADT, satu LV.
Tim dari dinas ESDM dan Dinas Lingkungan Hidup Kaltara dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tana Tidung sedang melakukan investigasi kejadian ini.
Peristiwa likufaksi mengemu sewaktu gempa dan tsunami melanda Kota Palu, Sulawesi Tengah, 28 September 2018. Beberapa daerah seperti Kelurahan Petobo mengalami fenomena alam bumi “menelan” segala yang berdiri di atasnya.
Dalam peristiwa tersebut, permukaan tanah bergerak dan ambles sehingga semua bangunan hancur dan banyak orang ikut terjebak di dalamnya. Hal ini dilukiskan sebagai proses geologi yang sangat mengerikan.
“Likuifaksi itu lebih kepada larutnya suatu benda padat ke benda cair. Jadi, melarut dengan air tanah di bawahnya,” kata Agustan, ahli geologi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), seperti dikutip BBC.com.