SOLO, MENARA62.COM – Lima guru besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar jumpa pers di RM Dapur Solo, Selasa (26/8/2025). Dalam kesempatan itu, Prof. Muhammad Sholahuddin, S.E., M.Si., Ph.D., CSBA dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMS menegaskan bahwa gelar profesor bukan sekadar prestasi akademik, melainkan amanah negara yang harus dipertanggungjawabkan untuk kemaslahatan masyarakat.
“Profesor itu amanah, bukan untuk dibanggakan. Amanah ini diberikan negara sesuai bidang keilmuan masing-masing. Saya dipercaya di bidang kewirausahaan syariah, dan kalau tidak salah, saya satu-satunya profesor yang lolos uji kompetensi guru besar dalam bidang ini di Indonesia,” ungkap Prof. Sholahuddin.
Ia mengungkapkan kegelisahannya melihat banyak usaha besar hingga mikro di Indonesia yang gulung tikar. Salah satu penyebab utamanya adalah ketergantungan pada pembiayaan konvensional berbasis riba. Data menunjukkan, 80 persen pelaku UMKM masih bertumpu pada pola pembiayaan tersebut yang justru menjerat mereka dalam lingkaran utang.
“Ketika pelaku usaha harus membayar kewajiban yang pasti dengan hasil usaha yang tidak pasti, itu sama saja berjudi. Inilah akar kerentanan ekosistem bisnis kita,” tegasnya.
Menurutnya, bisnis tidak hanya soal untung-rugi, melainkan juga menyangkut dimensi moral dan spiritual. “Bisnis itu juga soal surga-neraka. Kalau hanya mengejar omset, kadang muncul praktik tidak sehat seperti biaya entertain yang berlebihan demi investor besar,” jelasnya.
Sebagai solusi, Prof. Sholahuddin menawarkan tiga pendekatan strategis:
1. Revitalisasi pendampingan spiritual bagi pelaku usaha agar memahami halal-haram dalam akad bisnis.
2. Digitalisasi literasi muamalah syariah melalui platform faslun.id, sebuah Learning Management System berbasis AI yang menyediakan artikel, konsultasi, hingga perbandingan bisnis syariah dan konvensional.
3. Pengembangan skema pembiayaan syirkah, yaitu model kerja sama modal berbasis kemitraan yang lebih sehat dan berkeadilan dibanding utang berbunga.
“Secara statistik, kinerja perusahaan berbasis syariah lebih kuat dibanding konvensional karena fundamentalnya tidak rapuh. Ini harus jadi arah baru ekosistem bisnis kita,” tuturnya.
Jumpa pers ini menjadi ajang bagi para guru besar UMS untuk menyampaikan gagasan, kontribusi, dan inovasi akademik yang mereka dedikasikan bagi bangsa. (*)

